Tuesday, April 23, 2019

JURNAL 9 PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

JURNAL PRAKTIKUM  
KIMIA ORGANIK I




DISUSUN OLEH:

SILVY WAHYU FRADINI
 (A1C117023)

DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI   
2019

PERCOBAAN 9

I.  JUDUL                  :Keisomeran Geometri
II. HARI, TANGGAL :Jumat, 26 April 2019
III.TUJUAN               :Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
  1. Dapat mengetahui azas-azas dasar keisomeran ruang, khususnyaisomer geometri
  2. Dapat mengetahui perbedaan konfigurasi cis dan trans sacara kimia dan fisika
  3. Dapat mengetahui isomer geometri
IV.  LANDASAN TEORI
Senyawa isomer adalah molekul dan ion-ion yang pada dasarnya memiliki struktur atau susunan yang sama sehingga menyebabkan bentuk dan sifat-sifat nya menjadi berbeda. Senyawa-senyawa isomer ini kemungkinan terjadi nya sangat banyak sekali pada senyawa yang kompleks karena senyawa yang komplek ini ikatan kovalennya dan ligan nya itu terikat didalam ruangan yang berdekatan dengan ion logam pusat. Pada saat ini ada beberapa isomer pada senyawa kompleks koordinasi yang umum diketahui yaitu ada isomer cis dan isomer trans. Kemudian terkadang isomer cis dan isomer trans ini sering disebut dengan isomer geometri dan juga sebaliknya isomer geometri ini juga sebutan yang biasa digunakan untuk isomer cis dan trans. Isomer geometri sendiri merupakan isomer yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan tempat, letak atau gugus didalam ruang. Prinsip nya isomer geometri atau isomer cis-trans ini meskipun sering terdapat pada senyawa kompleks terutama komplek koordinasi akan tetapi isomer tersebut tidak terdapat pada suatu senyawa kompleks yang memiliki struktur linear atau lurus, trigonal planar dan tetrahedral. Namun pada dasar nya isomer ini hanya ada pada senyawa kompleks yang memiliki struktur planar segiempat dan oktahedral. Ciri atau tanda dari suatu senyawa kompleks yang memiliki isomer yaitu kompleks-komoleksnya bereaksi sangat lambat dan kompleknya itu bersifat inert. Adapun penyebab mengapa isomer hanya pada kompleks yang lambat yaitu karena pada kompleks yang cepat itu reaksinya juga berlangsung sangat cepat atau kompleks nya itu labil sehingga akan bereaksi lebih lanjut dan menimbulkan isomer yang lebih stabil (Syabatini, 2011). 

Isomer-isomer geometri pada umumnya dapat diubah dari bentuk atau jenis awal ke bentuk atau jenis yang lain. Pengubahan nya itu biasa nya melewati pembentukan suatu senyawa yang memiliki sifat ion dan sifat radikal bebas. Contoh isomer geometri yang diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain yaitu asam maleat menjadi asam fumarat. Proses pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat ini dapat berlangsung apabila ikatan rangkap C=C diubah menjadi ikatan tunggal C-C untuk sementara waktu sehingga dengan terbentuknya ikatan tunggal inilah perputarannya dapat berlangsung dengan sangat bebas.  Gambar struktur isomer cis dan trans asam maleat dan asam fumarat sebagai berikut:

Untuk menentukan sifat dari suatu isomer kita bisa mengamati dari struktur ruang atom-atom yang terdapat dalam molekul sehingga ktika dalam pengamatan didapat ada gugus yang reaktif yaitu isomer cis-trans terhadap gugus yang lain maka hal itu untuk memudahkan perbedaan geometri secara kimia seperti yang dicontohkan tadi yaitu isomer asam maleat dan fumarat. Yang dimana asam maleat dan asam fumarat itu masing-masingnya adalah cis dari asam butenadioat. Dalam laboratorium proses pengubahan isomer asam maleat menjadi asam fumarat dapat dilakukan yaitu dengan cara melakukan proses refkuks pada asam maleat yang ditambahkan dengan asam klorida. Yang mana fungsi penambahan asam klorida ini gaiti untk mengubah asam maleat ini menjadi asam fumarat yang bersifat lebih stabil. Untuk kelarutan asam maleat dan asam fumarat dalam air itu memiliki perbedaan, dimana asam fumarat ini lebih sukar melarut dalam air jika dibandingkan dengan asam maleat. Akibat sulitnya asam fumarat larut dalam air yaitu asam fumarat menjadi lebih mudah dan cepat mengkristal pada larutan selama proses reaksi berlangsung. Adapun mekanisme langkap pengubahan isomer cis asam maleat menjadi isomer trans asam fumarat yaitu:
(Tim Kimia Organik, 2019)

Menurut Arsyad (2011) jenis-jenis isomer itu dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
Isomer Rantai
Isomer rantai ini maksudnya struktur nya terlihat seperti rantai yang sambung menyambung dan kemungkinan terjadinya karena disebabkan oleh percabangan pada rantai-rantai karbonnya. Contoh isomer rantai ini yaitu dimisalkan ada dua buah isomer yang terdapat dari butan dengan rumus kimia C4H10 dimana pada salah satu isomer ini rantai karbonnya itu memiliki struktur atau bentuk seperti rantai dan rantai nya itu panjang serta pada salah satu rantainya lagi itu juga membentuk seperti rantai akan tetapi rantai karbonnya itu bercabang.
Isomer Posisi
Untuk isomer posisi ini berbeda dengan isomer rantai dimana struktur inti dari karbonnya ini tetap atau tidak mengalami perubahan, hanya saja atom-atom yang memiliki peranan yang penting saja akan mengalami proses pertukaran tempat atau posisi pada struktur inti. Contor dari isomer posisi ini yaitu 2 isomer struktur dengan formula molekul (C3H7Br) . Yang mana perbedaan antara kedua isomer dengan formula molekul itu yaitu yang pertama ini salah satu unsur bromin nya berada di posisi ujung dari rantai sedangkan yang kedua brominnya itu berada pada posisi tengah pada rantai.
Isomer Grup Fungsional
Pada variasi dari struktur yang terdpat dalam isomer ini  adalah isomer mengandung suatu grup yang fungsional yang memiliki perbedaan yaitu dari dua jenis kelompok molekul yang berbeda.

Gugus fungsi pada suatu senyawa organic biasanya bisa berjumlah satu atau lebih yang mana letaknya itu biasanya berikatan dengan suatu atom karbon. Ikatannya itu bisa berupa ikatan tunggal maupun rangkap. Jika suatu gugus fungsi berikatan tunggal dengan suatu atom karbon maka ada ikaan nya itu mam lebih bebas a alas nk bergerak bahkan berputar dibandingkan dengan jika gugus fungsinya berikatan rangkap dengan suatu atom karbon yang mana atom tersebut akan sulit bergerak atau berputar karena adanya ikatan rangkap tersebut. Orientasi yang terjadi pada atom akibat letak atau pun orientasi pada atom itu karena adanya ikatan tunggal maupun rangkap itu biasanya dikenal dengan istilah isomer geometri. Isomer geometri adalah isomer yang disebabkan oleh perbedaan letak atau gugus ruangan. Isomer ruang terjadi akibat perbedaan konfigurasi elektron atau susunan atom-atom dalam ruang.  keisomeran ruang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis isomer yaitu isomer geometri dan isomer optis yang mana isomer geometri ini terjadi karena keerbatasan rotasi bebas pada suatu ikatan dalam molekul. isomer-isomer geometri ini juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu ada isomer cis dan juga isomer trans. Cis dan Trans isomer yang berbeda dalam pengaturan ruang atas atom-atomnya dikarenakan rotasi atom karbon terikat terbatas. sehingga isomer cis-trans menunjukkan sifat fisik dan kimia yang berbeda. Umumnya momen dipol dari bentuk trans adalah nol  sedangkan bentuk cis yaitu polar dengan nilai tertentu dari momen dipol. titik didih isomer cis lebih besar daripada isomer trans. sebagai contoh titik didih cis-2-pentena yaitu 310 derajat kelvin sedangkan titik didih bentuk tran 2-pentena yaitu 309 derajat kelvin. selanjutnya titik leleh isomer trans juga lebih besar dari pada isomer cis (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/).

Suatu senyawa kompleks akan memiliki keisomeran cis atau trans apabila pada senyawa kompleks itu mempunya bilangan koordinasi 4, 5 dan 6. Akan tetapi terkhusus untuk senyawa kompleks yang memiliki bilangan koordinasi 4 ini tidak semua nya bisa memilki isomer chis dan trans dimana untuk senyawa komplek yang bilangan koordinasi nya 4 hanya akan terjadi pada senyawa komplek yang struktur atau bentuknya ini segi empat atau memilki sisi empat serta ligan-ligan nya memiliki jarak yang sama ke logam pusat. Contoh isomer senyawa kompleks yaitu pada senyawa kompleks paltina (II) yang dimana senyawa ini memiliki 2 isomer yang memiliki sifat kelarutan yang berbeda. Pada senyawa kompleks kobalt (III) etilendiamin juga memiliki 2 isomer akan tetapi bukan isomer chis-trans melainkan dextro dan levo. Geometri molekul pada umumnya merujuk kepada susunan tiga dimensi dari suatu atom yang terdapat didalam molekul. Untuk molekul yang memiliki struktur atau bentuk yang relatif kecil yang atom pusatnya mengandung ikatan dengan jumlah 2-6 ikatan sehingga geometei dari suatu molekul akan dapat diramalkan dengan baik. Yang dimana peramalan nya ini menggunakan suatu model yaitu model tolakan pasangan kulit valensi (TPEKV). Model yang diterapkan ini prinsipnya yaitu didasarkan kepada asumsi bahwa suatu ikatan kimia dan pasangan elekteon bebas (PEB) akan cenderung untuk meminimalkan tolakan sejauh mungkin pada molekul diatomik. Selanjutnya untuk selisih keelektronegatifan dari atom yang berikatan dapat menghasilkan ikatan yang bersifat polar dan terdapat juga momen dipol. Dimana momen dipol pada suatu molekul ini pada dasarnya tersusun atas tiga atom atau lebih yang sifatnya itu bergantung kepada sifat kepolaran suatu ikatan dan geometri molekulnya. Biasanya untuk membedakan geometri molekul ini bisa dilakukan dengan cara menentukan atau mengukur momen dipol (Delia, 2014).


V. ALAT DAN BAHAN
     5.1 ALAT
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
  • Erlenmeyer
  • Corong Buchner
  • Labu Bundar
  • Melting Blok logam
     5.2 BAHAN
Adapun bahan yang diperlukan pada percobaan ini yaitu:
  • Aquades
  • Anhidrat
  • HCl Pekat
  • Asam Maleat
  • Asam Fumarat

VI. Prosedur Kerja
  1. Dididihkan 20 mL air suling di dalam erlenmeyer 125 ml,
  2. Ditambahkan 15 gr anhidrad maleat (anhidrida ini mula-mula akan melebur 153ºC dan nanti bereaksi dengan air menghasilkan asam maleat yang sangat larut dalam air panas (400 gr/100 ml air panas) bahkan mudah larut dalam air dingin (79 gr/100 ml) pada 25ºC,
  3. Didinginkan labu di bawah pancaran air kran sampai sejumlah maksimum asam maleat mengkristal dari larutan setelah larutan menjadi jernih,
  4. Dikumpulkan asam maleat di atas corong buchner,
  5. Dikeringkan dan ditentukan titik lelehnya (jangan dibuang filtrat yang mengandung banyak maleat terlarut)
  6. Dipindahkan larutan filtrat ke dalam labu bundar 100 ml,
  7. Ditambahkan 15 ml HCl pekat,
  8. Direfluks perlahan-lahan selama 10 menit (kristal asam fumarat akan segera mengendap dari larutan, kelarutannya dalam air 9,8 gr/100 ml pada 100 dan 0,7 gr/100 ml pada 25ºC),
  9. Didinginkan larutan pada suhu kamar,
  10. Dikumpulkan asam fumarat dalam corong buchner dan rekristalisasi dalam air (kira-kira 12 ml per gr asam),
  11. Ditentukan titik lelehnya dengan menggunakan melting blok logam.

Vidio yang mencakup judul praktikum ini terdapat dalam linkm dibawah ini:
Selamat menyaksikan vidio ini:)


Dari vidio didapat beberapa permasalahan yaitu:

  1. Dari vidio diatas apa fungsi penambahan aquades kedalam labu dasar bulat yang berisi asam maleat dan mengapa harus digunakan aquades yang telah dipanaskan atau suhu tinggi?
  2. Dari vidio diatas apa tujuan dilakukan nya refluks pada campuran asam maleat, air dan HCl dan kenapa tidak dilakukan pemanasan biasa pada campuran tersebut serta apa yang menandakan Bahwa proses refluks telah selesai?
  3. Apa tujuan penambahan HCl pada vidio diatas dan berfungsi sebagai apa HCl pada percobaan tersebut?

Tuesday, April 16, 2019

JURNAL 8 PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

JURNAL PRAKTIKUM  
KIMIA ORGANIK I


 

DISUSUN OLEH:

SILVY WAHYU FRADINI
 (A1C117023)

DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI   
2019
 
PERCOBAAN 7

I.   JUDUL                     :Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom
II.  HARI, TANGGAL   :Kamis, 18 April 2019
III. TUJUAN                  :Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
  1. Dapat Mengetahui teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom
  2.  Dapat Membuat pelat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi
  3.  Dapat Memisahkan suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan memurnikannya dengan kolom
  4. Dapat memisahkan pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom
IV.  LANDASAN TEORI
Metode atau teknik yang digunakan untuk melakukan pemisahan suatu campuran sangat banyak sekali. Salah satunya adalah teknik pemisahan campuran senyawa yang dilakukan dengan cara pemisahan berdasarkan pendistribusian zat antara dua fase yaitu ada fase diam atau yang tetap dan juga ada fase gerak atau mobile. Pemisahan yang berdasarkan cara tersebut biasanya dikenal dengan sebutan kromatografi. Dalam pemisahan dengan menggunakan kromatografi ada azas penting yang perlu diketahui bahwa senyawa yang bebeda maka mempunyai harga koefisien distribusi (KD) yang berbeda juga diantara kedua fasenya. Dalam proses pemisahan dengan menggunakan teknik kromatografi ini interaksi senyawa terhadap fasa diam bisa berlangsung kuat bahkan bisa berlangsung lemah yang dimana jika suatu senyawa itu berinteraksi secara lemah dengan fase diam maka senyawa tersebut pasti akan lama tertinggal didalam fase gerak namun dengan pergerakan yang cepat dalam fase geraknya sedangkan jika suatu senyawa itu mampu berinteraksi kuat dengan fase diam maka senyawa itu tidak akan lama berada pada fase gerak akan tetapi senyawa itu bergerak sangat lambat dalam fase geraknya. Untuk menghasilkan pemisahan yang sempurna dengan teknik pemisahan secara kromatografi maka seharusnya setiap komponen dalam suatu campuran harus bergerak dengan laju yang berbeda satu sama lain, sehingga jika dihasilkan suatu pemisahan yang sempurna maka teknik kropmatografi ini mampu digunakan baik dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif. Yang dimana maksud dari dapat digunakan dalam anilisis kualitatif maupun kuantitatif ini yaitu proses pemisahan nya dapat dilakukan dalam jumlah yang banyak sehingga dapat diketahui berapa dan zat apa dalam campuran yang dipisahkan serta hasil pemisahannya itu bisa digunakan lebih lanjut. Bahan-Bahan yang dapat digunakan sebagai fase diam dalam metode kromatografi yaitu seperti silika gel (SiO2H2O), alumina, zeolit dan karbon aktif serta bahan lain yang intinya dapat menyerap suatu senyawa organik dalam campuran. Adapun cara yang dapat dilakukan agar proses penyerapan suatu zat dalam campuran dapat berlangsung cepat maka digunakan pelarut yang memiliki sifat kepolaran yang sanagt tinggi yang dimana jika pelarut tersebut semakin tinggi kepolaran maka akan ditandai dengan adanya beberapa macam, gugus seperti nitril,hidroksil,karbonil dan karboksilat (Deni, 2014).
           
Pada proses kromatografi sudah pasti perlu diketahui komponen-komponen terdistribusi dua fase yang berupa fase gerak dan fase diam yang dalam prosesnya sangat mempengaruhi hasil pemisahan. Adapun pengertian dari masing-masing fase tersebut yaitu fase gerak adalah salah satu komponen pembawa analit yang dapat bersifat inert maupun yang dapat berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak ini pada umumnya tidak hanya memiliki wujud yang cair akan tetapi bisa saja berwujud gas tetapi berupa gas inert yang umumnya hanya dapat dipakai sebagai carrier gas senyawa yang memiliki sifat mudah menguap. Pada umumnya fase gerak itu dapat berupa cairan atau gas. Adapun contoh fase gerak yang biasa digunakan dalam proses kromatografi yaitu seperti butanol, asam asetat, air, kloroform,etanol, petroleum eter (PE) dan methanol. Selanjutnya fase diam merupakan suatu komponen yang mempunyai peranan penting dalam proses kromatografi karena adanya interaksi dengan salah satu fase diamlah maka akan terjadi perubahan waktu retensi (TR) dan terjadinya pemisahan suatu analit dalam campuran. Adapun contoh fase diam dapat berupa zat cair atau padatan. Dengan demikian karena adanya kombinasi antara fase diam dan fase gerak maka kromatografi dapat dibedakan menadi empat yaitu berupa cair-cair, cair-gas, gas-padat, dan padat-cair. Dalam proses pemisahan dengan cara kromatografi pada umumnya akan terjadi transfer masa diantara fase diam dan fase gerak yang mana hal ini akan terjadi apabila partikel-partikel yang terserap pada permukaan untuk mengadsorpsi fase geraknya memiliki ketergantungan yang sanagt kuat terhadap sifat-sifat pada masing-masing fasa diam dan fasa gerak, akan tetapi dalam proses pemisahan dengan cara kromatografi ini sifatnya untuk setiap zat pada dasar nya sangat spesifik sehingga biasanya digunakan untuk metode pemisahan dalam skala besar dan juga digunakan untuk mengidentifikasi suatu zat yang berda dalam campurannya (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
           
Pada saat ini telah dikenal cukup banyak teknik kromatografi yang sering digunakan baik yang bersifat sederhana atau yang menggunakan alat-alat yang mudah dicari bahkan ada juga dengan alat-alat khusus sesuai dengan jenis kromatografi yang mana yang digunakan. Adapun macam-macam teknik kromaografi yaitu terbagi menjadi empat yaitu kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis (KLT/TLC), kromatografi kolom da juga kromatografi eksklusif. Yang dimana masing-masing tekni kromatografi ini umumnya meiliki perbedaan satu sama lain baik dari segi alat atau bahan yang digunakan serta jenis sampel yang bisa dilakukan pemisahan sesuai dengan teknik tersebut. Pada dasarnya kromatografi lapis tipis/KLT sangat mirip cara melakukannnya dengan kromatografi kertas. Hanya saja dari segi alat yang digunakan untuk pemisahan nya berbeda dimana pada kromatografi lapis tipis media yang digunakannya berupa lempeng lapis tipis  adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, alumunium, plastic sebagai pengganti kertas yang digunakan pada kromatografi kertas. Yang berlaku sebagai fase diam pada kromatografi lapis tipis/ KLT adalah lapis tipis adsorben. Adsorben yang dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diam tersebut. Agar kromatogram dapat terbentuk maka pada prosesnya fase bergerak akan selalu menyerap sepanjang fase diam. Pada dasarnya proses ini juga kadang dikenal sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini bersifat sangat sederhana yang dimana prosesnya dapat berlangsung cepat dengan pemisahan yang tinggi dan juga sangat sensitive serta sangat mudah memperoleh kembali senyawa-senyawa yang telah terpisahkan. Selanjutnya yaitu ada kromatografi kolom. Kromatografi kolom ini merupakan proses pemisahan yang snagat baikn dilakukan jika bahan yang akan dipisahkan ini masih berbentuk ekstrak. Yang dimana hasil yang diperoleh dari pemisahan dengan cara kromatografi ini yaitu berupa fraksi-fraksi yang masih berupa campuran akan tetapi bisa juga menghasilkan suatu senyawa yang sifat nya lebih murni. Kromatografi kolom ini memiliki kelebihan dan kekurangan dalma proses pemisahan. Adapun kelebihannya yaitu biaya operasional nya rendah atau murah dan tidak memakan waktu yang lama untk melakukan proses pemisahannya sedangkan kekurangan nya yaitu tidak dapat melakukan pemisahan dalam jumlah yang sedikit karena ada kecendrungan campuran tersebut akan tertinggal pada fase diam. Akan tetapi bisa saja dengan menggunakan teknik kromatografi kolom ini target pemisahan dapat dilakukan hingga diperoleh hasil yang sesuai kebutuhan. Pada umumnya kromatografi kolom ini juga teknik yang sangat penting untuk pemisahan dengan skala preparative dari milligram sampai puluhan gram. Alat yang digunakan pada kromatografi kolom dalam pemisahannya yaitu kolom kaca yang diisi bahan penyerap. Proses atau langkah yang dilakukan dalam metode kromatografi kolom ini yaitu pertama campuran yang akan dipisahkan itu ditempatkan diatas bagian timbuanan penyerap sehingga nantinya campuran senyawa ini akan terserap pada kolom kaca tadi sehingga fase bergeraknya itu akan terus dialirkan secara terus-menerus dengan melalui bahan penyerap tersebut dan menyebabkan setiap zat yang ada pada campuran itu terbawa turun dengan penyerap yang dimana kecepatan nya turuun itu berbeda-beda satu sama lain. Kecepatan turunya masing-masing zat saat proses pemisahan dengan kromatografi kolom ini sangat bergantung pada afinitas terhadap suatu penyerap. Hasil ketika proses pemisahan maka zat-zat akan membentuk pita-pita yang secara perlahan akan turun dan dialakukan penampungan hasilnya itu dengan tabung. Untuk mengendalikan laju atau kecepatan gerakan suatu pita dapat dilakukan dengan mengatur komposisi eluen atau fase geraknya. Untuk mengetahui jenis dan jumlah zat yang pada masing-masing tabung dapat diuji atau diketahui dengan teknik lain sepertik KLT. Suatu zat yang dihasilkan dapat dikatakan murni apabila pelarutnya telah dibuang atau dihilangkan serta zat yang mengandung komponen yag sama telah digabungkan (Ismiarni, 2010).
           
Kromatografi lapis tipis biasanya dalam laboratorium digunakan untuk pemisahan komponen penyusun bahan makanan dalam kehidupan sehari-hari seperti pemisahan komponen sayur dan buah-buahan. Yang dimana dalam proses pemisahan sayur ini biasanya fase gerak atau eluen yang digunakan yaitu campuran etanol dan kloroform. Prose pemisahan dengan cara kromatografi lapis tipis ini yaitu awalnya menotolkan penyerap pada plat TLC yang selanjutnya dilakukan pengeringan pada plat TLC tersebut. Seetlah itu disiapkan sampel yang kan dikromatografi dan ditotolkan pada plat dengan kponsentrasi yang sedang. Selanjutnya plat yang sudah ditotolkan ini dikeringkan kembali dan jika telah kering dimasukkan plat tersebut pada suatu bejana yang berisi larutan pengembang seperti padatan iodium. Inti proses pemisahan pada kromatografi ini yaitu pada saat dimasukkan kedalam bejana yang berisi larutan pengembag yang mana ketika pemisahan telah terjadi maka senyawa yang terpisah akan tampak bergerak keata dengan lurus seperti bisa dikatakan noda-noda utuh. Posisi awal dan depan pelart sebelumnya ditandai dan pelarutnya dibiarkan mongering dan ditandai noda-noda yang dihasilkan dengan cara memasukkan nya kesinar uv dan digambarkan noda nya menggunakan pensil pada lempeng TLC tersebut sehingga nantinya kan Nampak batas mana pergerakan nya dan sehingga dapat diukur jarak yang ditempuh masing-masing zat dan juga jarak yang ditempuh pekarut sehingga dapat dihitung harga RF nya (retardation factor). Biasa nya hasil penghitungan dan pembandingan harga RF yang didapatka ini digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa dan semua zat yang terpisah dari RF merupakan suatu zat yang autentik. Utamanya yang perlu diperhatikan dalam teknik kromatografi lapis tipis atau TLC ini bahwa bahan penyerapnya harus ditotolkan tersebar pada plat baik kaca, alumunium dan juga plastik. Adapun kelebihan kromatografi lapis tipis ini dibandingkan teknik kromatografi lainnya yaitu proses pemisahan nya lebih cepat atau hemat waktu dan juga kebutuhan suatu bahan dapat diatur sesuai dengan keperluan sehingga akan menghasilkan suatu proses pemisahan yang baik (Tim Kimia Organik, 2019).
           
Pada dasarnya dalam proses pemisahan dengan teknik kromatografi selalu terdapat suatu kecendrungan yaitu pertama ada kecendrungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam campurannya. kemudian kecendrungan kemungkinan komponen-komponen molekulnya melekat pada permukaan yang dasarnya halus da terakhir yaitu kecendrungan partikel-partikel pada komponen dapat bereaksi secara kimia. Untuk menghilangkan atau menghindarkan kecendrungan yang terjadu tersebut maka sebaiknya komponen yang akan dipisahkan harus memiliki sifat yang larut dalam fase gerak dan juga harus mempunyai kemampuan untuk saling berinteraksi dengan fasa diam yang ditandai dengan larutnya komponen didalam fase diam tersebut akibat terjadinya proses adsorbsi oleh suatu adsorben atau penyerap. Prinsip yang digunakan dalm tekni kromatografi ini yaitu berdasarkan perpindahan zat-zat yang menyusun suatu sampel serta hasil pemisahan harus dapat digunakan dalam mengidentifikasi atau menganalisis baik analisis kualitatif ataupun kuantitatif serta dapat digunakan untuk menentukan kadar nya. Dapat diambil contoh ketika mengidentifikasi kandungan suatu tumbuhan maka setelah dilakukan pemurnian langkah awal yang dilakuka yaitu menentukan terlebih dahulu golongannya dan setelah itu ditentukan juga jenis senyawa pada golongannya itu. Syarat sebelum senyawa tersebut diidentifikasi atau diperiksa yaitu senyawa tersebut terlebih dahulu harus membentuk bercak tunggal pada system KLT. Penentuan golongan senyawa biasanya dengan melakukan uji warna, penentuan kelarutan dan juga dalam mengidentifikasi golongan pada senyawa hal itu sangat bergantung pada pengukuran sifat atau cirri lain, yang kemudian hasilnya itu dibandingkan dengan hasil dari teori sehingga dapat diketahui kebenaran nya (Krisna, 2014).

V. ALAT DAN BAHAN
     5.1 ALAT
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu:

  • Pelat Kaca Kecil
  • Oven
  • Gelas Piala
  • Batang Pengaduk
  • Cawan Petri
  • Tabung Reaksi
  • Pipa Gelas Kapiler 
  • Bejana Pengembang
  • Lumpang
  • Rotary Evaporator
  • Pipet Tetes
  • Glass Wool    
     5.2 BAHAN
Adapun bahan yang diperlukan pada percobaan ini yaitu: 
  • Metanol
  • Silika Gel
  • Aquades
  • Asam Asetat
  • Eter
  • Benzena
  • Kafein
  • Kristal Iod
  • Petrolium Eter
  • Kristal Na-sulfat Anhidrat
  • Selulosa
  • Kalsium Karbonat
  • Sukrosa
  • Aseton
  • Kertas Saring  
VI. PROSEDUR KERJA
6.1 Kromatografi Lapis Tipis
  1. Disiapkan Plat TLC
  2. Dibuat larutan pengembang dalam gelas piala 1L  dengan komposisi Etanol : Metanol : Kloroform : Etil- Asetat : n-heksan : Aseton ( 40 : 68 : 108 : 115 : 140 : 152 ) ml
  3. Dibuat 10 larutan sampel daari 10 ekstrak tanaman dengan 5 ml metanol
  4. Masing- masing diambil larutan sampel yang sudah di ekstrak dibubuhkan ( ditotolkan ) diatas pelat TLC dengan jarak kira-kira 1cm dari tepi pelat kaca.
  5. Dikeringkan noda sampel dan standard dengan dryer (ditiup)
  6. Dimasukkan pelat ke dalam bejana pengembang
  7. Dibiarkan proses ini berlangsung sampai garis mencapai 1 cm dari tepi atas pelat
  8. Diangkat pelat dari bejana, lihat noda dengan lampu UV atau dibuat larutan dengan serium sulfat
  9. Dihitung dan bandingkan semua Rf yang diperoleh.
6.2 Kromatografi Kolom
  1. Disiapkan 10 ekstrak daun
  2. Disiapkan kolom kromatografi
  3. Disumbat bagian bawah kolom dengan glass wool
  4. Dimasukkan silika gel kedalam larutan pengembang yang telah dibuat di awal
  5. Larutan tersebur kemudian dimasukkan kedalam kromatografi kolom
  6. Dimasukkan sampel yang akan di kromatografi
  7. Pelarut harus terus-menerus diteteskan kedalam kolom
  8. Tetesan yang keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dipisahkan berdasarkan warnanya.

Vidio yang mencakup judul praktikum ini terdapat dalam linkm dibawah ini:
Selamat menyaksikan vidio ini:)

Dari vidio didapat beberapa permasalahan yaitu:
  1. Dari vidio diatas bagaimana cara praktikan dalam menjenuhkan eluen dan apa yang menandakan bahwa eluen telah jenuh?
  2. Bagaimana cara praktikan menotolkan sampel pada plat tlc dan bagaimana cara meletakkan plat tlc yang sudah ditotolkan kedalam chumber yang berisi eluen?
  3. Apa tujuan dan fungsi dari plat tlc yang sudah di klt dimasukkan kedalam sinar uv?
 

LAPORAN 7 PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM  
KIMIA ORGANIK I


 

DISUSUN OLEH:

SILVY WAHYU FRADINI
 (A1C117023)

DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI   
2019

VII. DATA PENGAMATAN

7.1. Pembuatan Aseton dengan Oksida Kalium Permanganat (KMNO4)
NO
Perlakuan
Pengamatan
1.
Dirangkai alat sokletasi

2.
12 ml propanol + H2SO4
Larutan menjadi panas dan suhunya 500C
3
Dimasukan dalam labu dasar bulat larutan tersebut + 16 gr KMNO4
Larutan mendidih dan terjadi perubahan warna dari ungu menjadi coklat pekat atau betadin
4
Dimasukan batu didih dan dilakukan desrtilasi
Terjadi penetasan pertama pada tabung Erlenmeyer pada suhu 780C pada waktu ke 3 menit dan tetesan terakhir pada suhu 76 0C pada waktu 6 menit 56 detik
5
Diukur volume aseton yang dihasilkan
Sebayak 40 tetes atau 2 ml
6
Diuji hasil destilat sama atau tidak bau yang dihasilkan dengan aseton murni
Bau sama dengan aseton yaitu seperti bau balon
7.2. Pembuatan Aseton dengan Oksida Kalium Dikromat (K2Cr2O7)
NO
Perlakuan
Pengamatan
1
Dirangkai alat destilasi

2
50 ml air + 27,5 ml H2SO4 + 29,5 isopropil alcohol dan dipanaskan
Warna larutan bening dan menimbulkan panas. Dipanaskan sampai mendidih
3
10 gr K2Cr2O7 + 100 ml air dimasukan kedalam corong pisah
Kristal larut dan berwarna orange
4
Ditambahkan campuran K2Cr2O7 dengan air kedalam campuran air + H2SO4 + isopropil alcohol
Warna menjadi hijautoska semakin banyak penambahan warna larutan menjadi hijau pekat
5
Dimasukkan batu didih dan dilakukan destilasi
Suhu 83 0C tepat menetes pada waktu 7 menit 44 detik dan tetesan terakhir pada suhu 83 0C dan pada waktu ke 8 menit 16 detik
6
Diukur volume aseton yang dihasilkan
Sebayak 40 tetes atau 2 ml
7
Diuji hasil destilat sama atau tidak bau yang dihasilkan dengan aseton murni
Bau sama dengan aseton yaitu seperti bau balon
VIII. PEMBAHASAN
            Aseton merupakan suatu senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan memiliki sifat yang mudah menguap serta mudah terbakar. Aseton juga dikenal dengan nama lain dimetil keton dan 2-propanon. Aseton ini umumnya banyak sekali kegunaan nya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh nya saja dibidang kecantikan aseton ini digunakan dalam berbagai produk kosmetik. Selain itu aseton juga dapat digunakan untuk alat pembersih atau alat untuk menghilang kotoran,noda dan debu seperti pada kaca, papan tulis bahkan pada alat-alat rumah tangga lain nya serta dapat juga menghilangkan debu-debu yang menempel pada keyboard leptop atau komputer. Dibidang kedokteran juga seton digunakan dalam pembuatan obat-obatan  bahkan digunakan sebagai pelarut. Dengan demikian karena banyak nya kegunaan aseton dalam berbagai bidang sehingga kita harus tau bagaimana cara pembuatan aseton dilaboratorium meskipun dengan cara sedarhana dan pada umumnya memang aseton ini belum diproduksi di Indonesia sehingga kita mendapatkan dari ekspor luar negeri. Pada umumnya aseton ini juga terdapat dalam tumbuhan dan hasil penguraian metabolisme lemak pada hewan serta terdapat juga dalam urine dan darah manusia tetapi dalam jumlah yang sedikit. Akan tetapi untuk sesorang penderita penyakit diabetes mellitus itu kadar aseton dalam tubuh nya sangat banyak (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/03/sintesis-aseton/ ).
           
Melihat dari banyak kegunaan dari aseton, sehingga pada percobaan ini kami akan melakukan proses pembuatan aseton secara sederhana dilaboratorium dengan menggunakan alkohol sekunder berupa 2-propanol dengan cara mendestilasinya. Pada umumnya aseton dilaboratorium dapat dibuat dengan 3 macam cara yang pertama itu dengan destilasi kering kalium asetat, dengan pemanasan asam asetat dan bantuan katalis mangan (II) karbonat pada suhu 110-120 derajat celcius dan terakhir dengan oksidasi alkohol sekunder menggunakan 2-propanol dalam suasana asam dengan oksidator kalium kromat. Jika dilihat dari ketiga macam cara pembuatan aseton dilaboratorium tersebut kami kemarin menggunakan cara ketiga yaitu pembuatan aseton dengan alkohol sekunder dalam suasana asam dengan bantuan oksidator kalium kromat. Akan tetapi pada praktikum kami melakukan 2 kali pembuatan aseton dengan bahan dasar utama yang sama yaitu 2-propanol dan asam nya menggunakan asam sulfat pekat tetapi menggunakan oksidator yang berbeda yaitu oksidator kalium dikromat dan kalium permanganat sehingga didapat hasil sebagai berikut:
      
     8.1 PEMBUATAN ASETON MENGGUNAKAN OKSIDATOR KALIUM PERMANGANAT
            Pada percobaan ini kami melakukan pembuatan aseton dilaboratorium dengan reaksi oksidasi isopropanol yaitu 2-propanol. Aseton dengan rumus kimia nya (C3H6O) adalah suatu senyawa keton yang dapat dibuat dari bahan utama 2-propanol dengan cara oksidasi. Aseton dapat bercampur dengan pelarut air dalam semua perbandingan yang menandakan merupakan suatu zat pelarut yang baik pada zat-zat organik. Pembuatan aseton yang yang paling umum yaitu dengan cara mengoksidasi alkohol sekunder yaitu 2-propanol yang mana dengan menggunakan oksidator dan oksidator nya ini bebas karena semua oksidator dapat digunakan dalam pembuatan aseton dan pada percobaan ini kami menggunakan oksidator kalium permanganat (KMNO4). Pada awal percobaan kami memasukkan 2-propanol kedalam sejumlah aquades dan hasilnya itu 2-propanol larut dalam air tersebut atau bercampur. Yang dimana fungsi penambahan 2-propanol disini yaitu sebagai bahan baku utama alkohol yang merupakan alkohol sekunder dan nantinya akan teroksidasi menjadi aseton. Selanjutnya kami menambahkan asam sulfat (H2SO4) pekat hasilnya itu larutan menjadi panas dengan suhu sekitar 50 derajat celcius. Adapun fungsi penambahan asam sulfat pekat yaitu sebagai katalis yang mempercepatnya terjadi suatu reaksi. Pada percobaan ini adapun alasan dimasukkan nya aquades terlebih dahulu sebelum asam sulfat pekat saat pembuatan aseton karena perbedaan massa jenis keduanya yang dimana massa jenis air lebih rendah daripada asam sulfat dan cenderung mengapung diatas nya. Dan juga asam sulfat itu bersifat panas sehingga apabila dimasukkan lebih dahulu dari pada air maka bisa menyebabkan pecah nya gelas kimia yang digunakan dan jika air dimasukkan terlebih dahulu maka air tersebut akan mengencerkan asam sulfat pekat dan dapat bereaksi. Asam sulfat juga memiliki peran sebagai katalis yang nantinya akan memutuskan ikatan OH pada 2-propanol sehingga akan memudahkan KMNO4 untuk mengoksidasi 2-propanol tersebut.
           
Selanjutnya setelah aquades, 2-propanol dan asam sulfat pekat bercampur ditambahkan kristal KMNO4 sehingga campuran menjadi mendidih yang dimana terjadi perubahan warna dari bening menjadi warna kecoklatan pekat atau seperti warna betadine. Dari hasil yang didapat kan bahwa reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis yang merupakan reaksi yang melepas panas yang ditandai dengan panas nya larutan pada percobaan sehingga kami mendiamkan campuran sampai suhu nya tidak terlalu panas dan setelah itu kami lakukan proses destilasi. Tujuan dilakukan proses destilasi pada campuran tersebut yaitu untuk memisahkan aseton dari campurannya seperti air. Proses destilasi yang kami lakukan didasarkan atas perbedaan titik didih antar senyawa yang ada dalam campuran yang mana titik didih aseton 56 derajat celcius sedangkan titik didih air 100 derajat celcius. Saat proses destilasi kedalam labu alas bulat dimasukkan batu didih dengan tujuan agar tidak ada loncatan campuran yang nantinya bisa menyebabkan patah atau pecahnya alat destilasi. Saat didestilasi maka campuran akan menguap melewati kondensor dan pada suhu titik didih aseton maka sebelumnya uap tersebut mengembun dan tepat pada suhu titik didih aseton maka embun akan menetes sebagai tetesan pertama yang merupakan destilat yng berupa aseton murni. Tetesan pertama tersebut pada waktu setelah 3 menit yang mana suhu nya yaitu 78 derajat celcius dan dibiarkan menetes hingga 40 tetesan destilat yag dimana pada tetesan pada saat 5 menit 22 detik suhunya berubah menjadi 77 derajat celcius dan pada tetesan terakhir yaitu tetesan ke 40 suhunya juga berubah menjadi 76 derajat celcius.
           
Pada proses destilasi aseton yang dibuat dengan oksidator KMNO­4 ini bisa dikatakan tetesan antar destilat sangat cepat dan hanya perbedaan detik saja yag dimana tetesan pertamanya pada 3 menit dan tetesan terakhirnya pada 6 menit 54 detik dengan jumlah tetesan 40 tetes. Jadi dari proses destilasi yang dilakukan itu aseton murni yang dihasilkan adalah 40 tetes atau sebanyak 2ml dan saat diuji bau aseton murni yang dihasilkan dari proses destilasi baunya itu sama seperti bau aseton murni yang asli yaitu bau balon tiup anak-anak. Maka proses pembuatan aseton dan pemisahannya dengan cara destilasi itu dapat dikatakan berhasil. Pada perobaan ini juga tadinya praktikan melakukan nya diluar laboratorium hal ini dikarenakan pada saat proses destilasi itu menghasil gas atau uap yang berbahaya sehingga jika dilakukan ditempat yang tertutup dengan banyak zat yang memiliki suhu yang tinggi maka kemungkina bisa terjadi reasksi antar gas tersebut dengan benda atau zat disekitarnya yang menyebabkan kebakaran. Selanjutnya kami juga menguji kegunaan aseton murni yang kami dapatkan dengan cara membersihkan noda papan tulis dengan aseton tersebut dan hasilnya itu aseton tersebut dapat menghilangkan noda yang menempel pada papan tulis tersebut. Dengan demikian bahwa kegunaan aseton yang didapatkan telah sesuai dengan kegunaan aseton pada teori dan juga aseton yang di dapat itu memang aseton murni karna kegunaan dan bau nya sama dengan aseton asli.

     8.2 PEMBUATAN ASETON MENGGUNAKAN OKSIDATOR KALIUM DIKROMAT
            Pada percobaan ini kami juga melakukan pembuatan aseton dengan cara mengoksidasi 2-propanol dalam suasana asam dengan menggunkan oksidator yaitu kalium dikromat. Pada awal percobaan kami memasukkan 2-propanol kedalam sejumlah aquades dan hasilnya itu 2-propanol larut dalam air atau bercampur dan warna campuran tersebut bening. Tujuan penambahan 2-propanol ini sama seperti pada pembuatan aseton dengan oksidator kalium permanganate yaitu sebagai bahan dasar utama alkohol sekunder yang nantinya akan dioksidasi dengan kalium dikromat menjadi aseton. Selanjutnya setelah aseton larut dalam air kami tambahkan asam sulfat pekat kedalamnya sehingga hasilnya larutan menjadi panas dan suhu 67 derajat celcius. Tujuan penambahan asam sulfat pekat pada campuran ini yaitu sebagai katalis atau yang membantu proses oksidasi 2-propanol dengan memutuskan ikatan OH pada 2-propanol tersebut sehingga memudahkan oksidator juga untk mengoksidasi campuran tersebut. Alasan mengapa ditambahkan nya air terlebih dahulu dari pada asam sulfat pekat hal ini dikarenakan asam sulfat ini merupukan zat yang pekat dengan suhu yang tinggi sehingga jika dimasukkan terlebih dahulu bisa menyebabkan pecahnya gelas kimia tempat campuran tersebut. Maka dari itu dimasukkan air terlebih dahulu untuk mencegah hal tersebut dan melarutkan propanol dahulu. Karena suhu campuran tadi terlalu panas sehingga kami diamkan beberapa saat campuran tersebut sampai suhu nya sedikit turun dan dipanas lagi didalam penangas air hingga hampir mendidih atau mulai timbul gelembung-gelembung pada permukaan campuran.
           
Saat menunggu proses pemanasan campuran, kami melarutkan oksidator yang digunakan yaitu asam dikromat yang berbentuk serbuk atau Kristal berwarna orange dalam 100 ml aquades dan hasilnya itu larutan menjadi berwarna kuning dan kemudian dimasukkan kedalam corong pisah. Setelah itu karena campuran yag dipanaskan telah mendidih sesuai pada suhu yang ditentukan maka kedalam nya dimasukan oksidator kalium dikromat yang telah dilarutkan dan telah dimasukkan dalam corong pisah dengan cara membuka keran perlahan sehingga kalium dikromat awal nya menetes dan pada tetesan pertama saat kalium dikromat tepat jatuh dalam campuran tersebut terdapat gelembung yang menandakan bahwa terjadi reaksi antar campuran tersebut dan terjadi perubahan warna menjadi hijau toska. Setelah itu saat kalium dikromat dituangkan langsung seluruhnya dari corong pisah kedalam campuran maka hasilnya itu terjadi perubahan warna lagi pada campuran menjadi warna hijau tua atau hijau pekat. Selanjutnya karena kalium dikromat telah dicampurkan semua maka campuran dimasukkan dalam labu alas bulat dan ditambahkan dengan batu didih untuk mencegah loncatan larutan yang terlalu kuat dalam labu alas bulat yang nantinya bisa menyebabkan pecah nya alat destilasi.
           
Tujuan dilakukan nya destilasi yaitu untuk memisahkan campuran aseton sehingga nantinya dapat dihasilkan sejumlah aseton murni. Saat proses destilasi awalnya larutan menguap dan masuk melalui kondensor dan mengembun sehingga pada titik didih aseton atau pada suhu titik didih aseton yaitu 56 derajat celcius embun tersebut akan menetes menghasilkan destilat yang berupa aseton murni. Saat destilat tepat menetes atau tetesan pertamanya itu pada waktu 7 menit 44 detik dan suhunya 83 derajat celcius dan tetesan terakhirnya yaitu pada suhu 8 menit 16 detik dengan jumlah tetesan 40 tetes dan volume destilat murni yang dihasilkan yaitu 2ml. setelah didapat destilat murni yang berupa aseton maka dilakukan uji bau dan kegunaan aseton. Untuk bau destilate murni yang dihasilkan dari proses destilasi ini bunya sama seperti bau yang dihasilkan dari pembuatan aseton dengan kalium permanganate dan juga sama seperti bau aseton murni yang dimana baunya ini seperti bau balon tiup mainan anak-anak. Dan uji kegunaan aseton yang didapat yaitu dengan mencoba menggunakan aseton untuk menghilangkan noda yang menempel pada papan tulis dan hasil;nya itu noda tersebut dapat hilang setelah digosokkan aseton dengan tisu. Sehingga dari percobaan yag dilakukan dapat dikatakan bahwa proses pembuatan aseton dan pemisahannya itu berhasil karena hasil yang didapat kan telah sesuai dengan teori yang menyatakan nya.

Jika dibandingkan proses pembuatan aseton dengan menggunakan oksidator kalium permanganate dan kalium dikromat hasilnya itu sama-sama menghasilkan campuran yang mengandung aseton dan sama-sama menghasilkan aseton murni dengan bau dan kegunaan yag sama setelah didestilasi. Hanya saja perbedaan nya saat didestilasi pembuatan yang menggunakan oksidator kalium permanganat tetesan aseton murni nya lebih cepat menetes dibandingkan dengan yang menggunakan oksidator kalium dikromat. Hal ini disebabkan karena kalium permanganate itu merupakan oksidator yag kuat sehingga lebih cepat mengoksidasi 2-propanol dan juga saat didestilasi itu lebih cepat menguap sehingga destilate nya itu lebih dahulu menetes. Pada percobaan ini juga dilakukan proses destilasi diluar laboratorium untuk menjaga hal-hal bahaya yang akan terjadi karena gas atau uap hidrogen yang dihasilkan itu mempunyai sifat yang mudah terbakar jika berdekatan dengan zat yang memiliki suhu yang tinggi. Jadi intinya pembuatan aseton itu bisa dilakukan dengan berbagai oksidator baik oksidator kalium permanganate maupun kalium dikromat atau pun yang lain nya karena pada dasar nya memang pembuatan aseton dapat dilakukan dengan berbagai macam oksiodator yang nantinya hasil yang didapat kan itu sama semua yaitu aseton dan saat didestilasi hasilnya juga sama yaitu aseton murni.

IX. KESIMPULAN 
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
  1. Proses oksidasi propilen menjadi aseton dapat berlangsung pada suhu 145 derajat celcius dan tekanan 10 atm dengan bantuan katalis bismuth phaspomolibdat pada alumina. Pada proses ini hasil reaksi terdiri dari aseton dan propanoldehid. Pada pembuatan aseton dengan proses ini isopropil alkohol dicampur dengan udara dan digunakan sebagai umpan reaktor yang beroperasi pada suhu 200-280 derajat celcius. Reaksi dapat berjalan dengan baik menggunakan katalis seperti yang digunakan pada proses dehidrogenasi isopropil alkohol. Reaksi ini sagat eksotermis dan diperlukan pengontrolan suhu yang sangat cermat untuk mencegah yield yang dihasilkan. Untuk mendapatkan konversi yang baik reaktor dirancang agar hasil dapat langsung diinginkan.
  2. Proses lain yang dapat digunakan untuk pembuatan aseton adalah dehidrogenasi katalitik dimana reaksinya adalah endotermis. pada proses dehidrogenasi isopropil alkohol diuapkan dengan vaporizer dan dipanaskan dalam HE dengan menggunakan steam kemudian dimasukkan kedalam multi turbular fixed bed reactor. katalis yang digunakan yaitu kombinasi zinc-zicronium oxide. Kondisi operasi reaktor adalah 1,5-3 atm dan suhu 400-600 derajat celcius. gas panas keluar dari reaktor yang terdiri dari isopropil alkohol, aseton, dan hidrogen dilewatkan scruber untuk dipisahkan antara gas Hidrogen dan aseton dan alkohol, dan air. Hasil dari scrubber ini didestilasi, aseton diambil sebagai hasil atas sedangkan campuran isopropil alkohol dan air sebagai hasil bawah.
  3. Kegunaan aseton dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak baik dalam bidang kedokteran, kecantikan dan dibidang industri. Dibidang kedokteran aseton ini digunakan untuk mem
    buat obat-obatan. Dibidang kecantikan aseton digunakan untuk produk-produk kosmetik dan digunakan untuk membesihkan kutek pada kuku. Untuk dibidang industri aseton digunakan untuk pembuatan plastik dan sebagai pelarut. Kemudian aseton ini juga dapat digunakan untuk menghilangkan noda baik noda pada alat-alat rumah tangga, noda pada kaca dan juga pada papan tulis.

X. DAFTAR PUSTAKA
  • Arsyad. 2011. Kimia Untuk Universitas. Jakarta:Erlangga
  • Ali. 2013. Amoksimasi Aseton dengan Katalis Menggunakan Hidrogen Peroksida Sebagai Agen Pengoksidasi. Vol 16. No 1:63[diakses:4 April 2019]
  • Hadyana. 2014. Perancang Pablik Aseton dari Benzena Kapasitas. Vol 2. No 1:42[diakses:4 April 2019]
  • http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/03/sintesis-aseton/ 
  • Rositawati. 2013. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta:UNY 


Permasalahan yang timbul dari praktikum yang telah dilakukan yaitu:
  1. Mengapa pada percobaan pembuatan aseton praktikan melakukan destilasi nya diluar laboratorium?
  2. Mengapa dalam proses pembuatan aseton baik dengan oksidator kalium kromat dan kalium permanganat praktikan menggunakan H2SO4 dalam campurannya?
  3. Apa tujuan praktikan dalam percobaan pembuatan aseton melakukan destilasi?

LAMPIRAN FOTO PRAKTIKUM
 
Hasil larutan ketika kristal Kalium Dikromat dilarutkan dengan aquadest

Rangkaian alat destilasi yang digunakan pada percobaan
Hasil pengujian pembuatan aseton dengan menggunakan Kalium Permanganat

Ketika melakukan proses destilasi dengan menggunakan Kalium Permanganat
Hasil pengujian pembuatan aseton dengan menggunakan Kalium Dikromat


LAPORAN 9 PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

LAPORAN PRAKTIKUM   KIMIA ORGANIK I   DISUSUN OLEH: SILVY WAHYU FRADINI   (A1C1170 23) DOSEN PENGAMPU Dr. Drs...