Friday, March 22, 2019

LAPORAN 2 PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I

LAPORAN PRAKTIKUM  
KIMIA ORGANIK I


 

DISUSUN OLEH:

SILVY WAHYU FRADINI
 (A1C117023)

DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI   
2019
VII. DATA PENGAMATAN 
     7.1 Kalibrasi Termometer

NO.
PERLAKUAN
HASIL
1.
Dimasukkan termometer kedalam labu erlemeyer yang telah diisi dengan air dan batu es serta disumbat dengan penyumbat agar terisolasi dari udara luar.
Skala termometer tersebut turun ke 00C
2.
Dimasukkan termometer kedalam labu erlenmeyer yang diisi aquades serta disumbat dan dilakukan pemanasan.
Skala termometer naik ke 100 drajat celcius, dimana suhu konstan.

     7.2 Penentuan Titik Leleh
NO.
Campuran Dua Senyawa
Titik Leleh (°c)
1:1
1:0.5
1:2
Mulai
Tepat
Mulai
Tepat
Mulai
Tepat
1.
Naftalen -Glukosa
140 °c
162 °c
90°c
128°c
120°c
160°c
2.
Alfanaftol-As.benzoat
148 °c
170 °c
160°c
175°c
119°c
165°c
3.
Glukosa-Alfanaftol
145 °c
168 °c
150°c
165°c
145°c
170°c
4.
As.benzoat-Maltosa
160 °c
180 °c
148°c
169°c
100°c
140°c
5.
Maltosa-Naftalen
145 °c
175 °c
138°c
155°c
129°c
158°c


VIII. PEMBAHASAN
Dalam melakukan penentuan suatu keadaan dari suatu larutan diperlukan suatu alat untuk mengukur keadaan larutan tersebut yang mana pada percobaan ini alat yang digunakan untuk mengukur suhu suatu zat baik padat cair maupun gas yaitu digunakan alat yag sering kita ketahui yaitu termometer. yang mana termometer ini tidak bisa kita gunakan langsung apabila tidak dilakukan suatu cara untuk melihat apakah termometer ini masih layak digunakan atau tidak. Dengan kata lain di cek dulu apakah termometer ini bisa digunakan sesuai rentang suhunya. sehingga sebelum digunakan biasanya praktikan melakukan satu kalibrasi atau cara untuk menentukan apakah termometer ini dapat digunakan untuk menentukan suhu suatu zat ataupu larutan sampai pada 100 derajat celcius apabila rentang suhu termometernya nya sampai 100 derajat celcius. Termometer ini terdiri dari beberapa macam yaitu ada termometer alkohol dan ada juga termometer raksa serta ada yang memiliki suhu pengukuran tertinggi 100,200 maupun 250 derajat celcius. Penggunaan termometer ini harus sesuai kepada berapa titik didih dari zat atau campuran yang akan kita tentukan suhunya karena apabila kita menentukan titik didih dari suatu campuran yang memiliki nilai titik didih normalnya saja lebih dari 100 derajat celcius maka kita tidak bisa menggunakan termometer yang rentang suhunya sampai 100 derajat celcius melainkan harus menggunakan termometer yang memiliki rentang suhu setara atau lebih tinggi dari titik didih suat zat atau campuran yang akan kita tentukan tersebut (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/).

      8.1 Kalibrasi Termometer
Pada percobaan ini kami melakukan kalibrasi termometer yang mana tujuan dari pengkalibrasian ini adalah untuk mengetahui apakah termometer yang akan kami gunakan ini masih bagus atau tidak serta untuk melihat apakah suhu tertinggi yang dicapai ketika akan mengukur suhu suatu zat sampai pada batas atasnya. Dalam melakukan kalibrasi ini kami menggunakan air dan minyak sebagai bahan untuk mengkalibrasi. Hal ini dikarenakan kami akan menggunakan dua termometer yang memiliki rentang dengan suhu tertinggi yang berbeda. Adapun termometer yang kami gunakan adalah termometer alkohol dengan suhu tertinggi 100 derajat celcius dan 250 derajat celcius. Untuk mengkalibrasi termometer dengan suhu tertinggi 100 derajat celcius kami mengkalibrasi dengan air yang mana hal ini karena air mempunyai titik beku 0 derajat celcius dan titik didih nya 100 derajat celcius yang mana hal ini sesuai dengan termometer yang akan digunakan dengan rentang suhu 0-100 derajat celcius sedangkan untuk termometer yang memiliki rentang diatas 100 derajat celcius kami mengkalibrasi nya tidak dengan air melainkan dengan minyak. karena minyak ini memiliki titik didih lebih dari 100 derajat celcius sehingga bisa digunakan untuk mengkalibrasi termometer yang juga memiliki rentang suhu lebih dari 100 derajat celcius.
Dari percobaan yang kami lakukan dalam mengkalibrasi termometer dengan rentang 100 derajat celcius kami melakukan pemanasan air yang kemudian dimasukkan termometer sehingga dilihat apakah termometer itu akan sampai atau tidak pada suhu tertinggi yaitu 100 derajat celcius ternyata hasil yang kami dapat kan yaitu ketika air mendidih ketika suhu nya diukur dengan termometer itu mencapai 100 derajat celcius hal ini berarti termometer yang akan kami gunakan ini masih bagus dan layak digunakan serta sudah bisa digunakan untuk menentukan titik leleh suatu zat atau campuran karena telah terkalibrasi dengan baik atau sudah diuji kelayakannnya. Selanjutnya hasil yang kami dapat kan dalam mengkalibrasi termometer yang memiliki rentang diatas 100 yaitu berhasil dimana kami melakukan nya dengan minyak dan minyak ini kami panaskan lalu kami masukkan termometer kedalam nya sehingga ketika minyak telah panas termometer ini sampai pada batas atasnya yang berarti termometer ini bisa digunakan untuk menentukan titik leleh dari suatu campuran karena telah terkalibrasi dengan baik.
Adapun yang perlu kita perhatikan dalam mengkalibrasi termometer yaitu kemurnian dari larutan atau zat yang kita gunakan dalam mengkalibrasi seperti ketika mengkalibrasi termometer dengan air maka kemurnian air harus dijaga karena ketika air tercampur dengan zat atau larutan lain maka titik didih yang dicapai air pun akan berbeda dari titik didih murninya. Selanjutnya juga kita harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi dalam proses pengkalibrasian seperti faktor teknis dimana dalam melakukan pengkalibrasian termometer diusahakan tangan jangan sampai memegang langsung termometer karena hal ini akan mengakibatkan suhu tangan ikut tercampur pada termometer. Dengan demikian diperlukan benang yang diikatkan pada termometer untuk memgang termometer tersebut agar tidak terkontaminasi suhu nya dengan suhu tangan.

     8.2 Penentuan Titik Leleh
Pada percobaan penentuan titik leleh ini kami melakukan penentuan terhadap lima zat yang berbeda, tetapi sebelum nya pengertian dari titik leleh ini adalah temperatur dimana senyawa dalam keadaan padat dan cairan dalam keadaan kesetimbangan pada tekanan 1 atm. Zat yang kami gunakan itu terdiri dari lima macam yaitu ada naftalen, glukosa, alpa naftol, asam benzoat dan maltosa. Dalam praktikum ini kami melakukan percobaan masing-masing zat ini dicampurkan oleh zat lain dalam berbagai perbandingan. Adapun perbandingan yang digunakan yaitu 1:0,5, 1:1, dan 1:2. Penentuan titik leleh nya ini kami lakukan dengan menggunakan termometer yang mana termometer nya ini terdiri dari dua macam yaitu yang pertama termometer dengan rentang suhu 0-100 derajat celcius dan termometer yang kedua dengan rentang suhu 0-200 derajat celcius. yang mana masing-masing termometer ini sebelum nya telah dikalibrasi terlebih dahulu, ada yang dengan air dan ada yang dengan minyak. Penggunaan termometer ini dipilih bedasarkan kesesuain tititk leleh zat murni yang kami lihat diliterartur seperti contoh nya saja ketika akan mencampurkan glukosa dan alfa naftol maka kami menggunakan termometer yang memiliki rentang diatas 100 derajat celcius, hal ini dikarenakan titik leleh dari senyawa glukosa murni saja sudah lebih dari 100 derajat celcius maka jika digunakan termometer dengan rentang suhu hanya sampai 100 derajat celcius maka suhu tepat ia meleleh tidak dapat terukur dengan termometer sehingga untuk termometer yang bisa digunakan yaitu termometer dengan rentang 0-200 derajat celcius yang sebelumnya telah dikalibrasi dengan minyak.
Hasil yang kami dapat kan dari penentuan titik leleh dengan masing-masing campuran dalam berbagai perbandingan yaitu yang pertama kami mencampurkan naftalen dengan glukosa yang mana jika diliteratur titik leleh masing-masing zat itu yaitu naftalen mulai meleh pada suhu 74 derajat celcius dan telah meleleh seluruh nya pada suhu 80 derajat celcius sedangkan glukosa mulai meleleh pada suhu 140 derajat celcius dan meleleh seluruh nya pada suhu 146 derajat celcius. Kemudian setelah keduanya dicampurkan, hasil yang didapat yaitu dari perbandingan 1;0,5 campuran naftalen dan glukosa mulai meleleh pada suhu 90 derajat celcius dan meleleh seluruhnya pada suhu 128 derajat celcius sehingga rentang titik leleh nya adalah 90-128 derajat celcius, untuk perbandingan 1:1 campuran naftalen dan glukosa itu mulai meleh pada suhu 140 derajat celcius dan meleleh seluruhnya pada suhu 162 derajat celcius atau rentang nya 140-162 derajat celcius selanjutnya perbandingan yang terakhir yaitu 1:2 campuran naftalen dan glukosa ini mulai meleleh pada suhu 120 derajat celcius dan telah meleleh seluruhnya pada suhu 160 derajat celcius atau rentang nya yaitu 120-160 derajat celcius.
Hasil yang didapat dari pencampuran glukosa dan alfa naftol yaitu sebelumnya titik leleh murni glukosa adalah mulai meleleh pada suhu 140 derajat celcius dan meleleh seluruhnya pada suhu 146 derajat celcius sedangkan titik leleh murni alfa naftol yaitu mulai meleleh pada suhu 96 derajat celcius dan meleleh seluruhnya pada suhu 98 derajat celcius. Sehingga ketika kedua zat dicampurkan dalam berbagai perbandingan yaitu untuk perbandingan pertama yaitu 1:0,5 campuran glukosa dan alfa naftol meleleh pada suhu 150 derajat celcius dan meleleh semuanya pada suhu 165 derajat celcius atau dengan rentang 150-165 derajat celcius, untk perbandingann 1:1 hasinlnya yaitu campuran mulai meleleh pada suhu 145 derajat celcius dan meleleh seluruhnya pada suhu 168 derajat celcius atau rentangnya 145-168 derajat celcius. Untuk perbandingan yang terakhir yaitu 1:2 antara glukosa dan alpa naftol hasilnya yait mulai meleleh pada suhu 145 derajat celcius dan meleleh seluruhnya pada suhu 170 derajat celcius atau dengan rentang pelelehan  nya adalah 145-170 derajat celcius.
Untuk hasil pencampuran yang ketiga yaitu antara alpa naftol dan asam benzoat hasil nya yaitu untuk titik leleh masing-masing zat murninya yaitu alpa naftol titik lelehnya sama seperti tadi dan titik leleh dari asam benzoat murni yaitu mulai meleleh pada suhu 119 derajat celcius dan meleleh seluruhnya pada suhu 121 derajat celcius sehingga ketika kedua nya dicampurkan didapat hasilnya adalah pada perbandingan 1:0,5 campuran alpa naftol dan asam benzoat ini mulai meleleh pada suhu 160 derajat celcius dan meleleh semua pada suhu 175 derajat celcius atau rentang nya bisa ditulis 160-175 derajat celcius, Untuk hasil dari perbandingan 1:1 yaitu mulai meleleh pada suhu 148 derajat celcius dan telah meleleh seluruh nya pada suhu 170 derajat celcius atau rentangnya 148-170 derajat celcius. pada perbandingan terakhir 1:2 antara alpa naftol dan asam benzoat hasilnya mulai meleleh dengan suhu 119 derajat celcius dan telah meleleh seluruhnya pada suhu 165 derajat celcius sehingga rentangnya adalah 119-165 derajat celcius.
Hasil penentuan titik leleh dari campuran asam benzoat dengan maltosa yaitu pertama titik leleh murni maltosa adalah mulai meleleh pada suhu 100 derajat celcius dan meleleh seluruh nya pada suhu 102 derajat celcius. Sehingga ketika asam benzoat dicampurkan dengan maltosa ini dengan 3 macam perbandingan hasilnya adalah perbandingan yang pertama antara asam benzoat da maltosa 1:0,5 campuran  mulai meleleh pada suhu 148 derajat celcius dan meleleh seluruhnya pada suhu 169 derajat celcius atau  rentang titik leleh campuran nya 148-169 derajat celcius. Untuk perbandingan 1:1 hasilnya adalah campuran mulai meleleh pada suhu 160 derajat celcius dan meleleh seluruhnya pada suhu 180 derajat celcius atau rentang pelelehan nya 160-180 derajat celcius. Untuk perbandingan yang terakhir 1:2 campuran asam benzoat dan maltosa mulai melelehnya pada suhu 100 derajat celcius dan meleleh seluruh nya dengan suhu 140 derajat celcius atau dengan rentang titik leleh nya 100-140 derajat celcius.
Selanjutnya hasil yang diperoleh untuk campuran dua zat terakhir ini adalah antara naftalen dan maltosa. Untuk perbandingan 1:0,5 antara naftalen dan maltosa mulai meleleh nya pada suhu 138 derajat celcius dan meleleh seluruh nya pada suhu 155 derajat celcius atau rentang nya ini 138-155 derajat celcius dan titik lelehnya pada perbandingan 1:1 campuran naftalen dan maltosa mulai meleleh pada suhu 145 derajat celcius dan meleleh seluruhnya pada suhu 175 derajat celcius yang berarti rentang titik leleh nya 145-175 derajat celcius. Untuk perbandingan yang terakhir yaitu 1:2 campuran naftalen dan maltosa memiliki rentang titik leleh 129-158 derajat celcius yang mana berarti campuran ini mulai meleleh pada suhu 129 derajat celcius dan telah meleleh seluruhnya pada suhu 158 derajat celcius.
Dari hasil yang didapat pada penentuan titik leleh masing-masing campuran bisa dilihat bahwa semakin besar perbandingan campuran zat yang ditambahkan kedalam zat murni maka semakin besar titik leleh nya dan semakin besar pula rentang pelelehan campuran tersebut atau semakin lama waktu yang diperlukan campuran itu dari mulai meleleh sampai semua nya meleleh sempurna. Hal ini dikarenakan semakin banyak komposi zat yang akan ditentukan titik leleh nya itu maka waktu untuk proses pelehan nya pun juga semakin lama dan juga disebabkan karena adanya ikatan atau interaksi antara dua zat yang dicampurkan itu sehingga untuk meleleh kan nya itu harus memutuskan ikatan atau interaksi yang terjadi antar kedua zat tersebut. Yang mana maksudnya disini jika energi panas padatan murni sebanding atau bahkan melebihi dengan energi kisi maka kristal-kristal diikat membentuk unit molekul dan molekul-molekul kisis-kisi kristal akan menjauh dari sekitar nya sehingga ini lah yang menyebabkan lama nya proses pelehan dan jauhnya rentang pelehan tersebut karena zat-zat yang dicampurkan ini membentuk suatu molekul besar sehingga daya tarik menarik antar molekul itu pun juga besar yang berakibat pada semakin besar pula rentang pelelehan nya.

IX. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
  1. Prinsip dasar penentuan titik leleh senyawa murni ditentukan dari pengamatan trayek lelehnya, dimulai saat terjadinya pelehan sedikit, transisi padat-cair, sampai seluruh kristal mencair. Dimana titik leleh senyawa murni itu sendiri adalah suhu dimana fasa padat dan fasa cair berada dalam kesetimbangan 1 atm. 
  2. Kalibrasi termometer harus selalu dilakukan sebelum termometer itu digunakan untuk mengukur suhu. Termometer dapat dilakukan kalibrasi dengan air atau minyak tergantung nantinya berapa ukuran termometer yang digunakan. jika digunakan termometer dengan rentang nol derajat celcius sampai seratus derajat celcius maka dapat digunakan air karena air memiliki titik beku nol derajat celcius dan titik didih seratus derajat celcius sebagaimana sesuai dengan rentang ukuran pada termometer, Dengan menjaga faktor-faktor yang mempengaruhi pengkalibrasian tersebut yaitu harus menjaga kemurnian air yang digunakan.
  3. Titik leleh senyawa murni adalah suhu dimana fasa padat dan fasa cair berada dalam kesetimbangan 1 atm sedangkan titik didih senyawa campuran yaitu dimana suatu keadaan suhu dimana fasa padat dan fasa cairnya tidak lagi berada dalam kesetimvangan akivat dari telah dicampurnya zat murni dengan zat-zat lain contohnya ketika air yang biasanya mendidih pada tekanan 1atm tetapi jika dicampurkan dengan gula pada tekanan 1 atm dan sushu nya sudah mencapai seratus derajat celcius tetapi air belum mendidih.
  4. Penentuan titik leleh suatu senyawa murni dapat dilakukan secara manual dan ada juga yang canggih dengan menggunakan alat. Alat yang biasa digunakan untuk menentukan titik leleh yaitu MPA (melting point apparatus), yang mana penentuan titik leleh dengan alat MPA akan mendapatkan hasil yang lebih akurat karena bisa saja jika kita menggunakan penentuan titik leleh dengan cara manual bisa saja mengalami suatu kesalahan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesalahan tersebut yaitu ada faktor teknis seperti tersentuh termometer ketika sedang dilakukan uji titik leleh yang mana seharusnya kita memegang termometer itu dengan benang agar suhu pada tangan tidak ikut bercampur pada suhu yang diamati.

    X. DAFTAR PUSTAKA
    • Arsyad. 2011. Kimia Untuk Universitas. Jakarta:Erlangga
    • Idawati. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap Perpindahan Panas Pada Material Yang Berbeda. vol 7. No 1:42[Diakses:24 februari 2019]
    • Sofyan. 2016. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta:Bina Aksara.
    • syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/ 
    • Tim Kimia Organik.  2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi: Universitas Jambi
    • Yoshito. 2010. Kimia Organik Jilid I. Bandung:JICA 

    Permasalahan yang timbul dari praktikum yang telah dilakukan yaitu:
    1. Mengapa pada praktikum kalibrasi termometer praktikan menggunakan air dan minyak untuk pengkalibrasiannya dan tidak air saja?
    2. Dari percobaan yang dilakukan tentang kalibrasi termometer faktor apa saja yang mempengaruhi hasil pengkalibrasian ?
    3. Mengapa pada percobaan penentuan titik leleh campuran itu dilakukan masing-masing 4 kali dengan perbandingan yang berbeda-beda?
    LAMPIRAN FOTO PRAKTIKUM
      
     
     pemasukan sampel kedalam pipa kapiler
        
    alat mpa (malting point aparatus)
              
                                                                 
     penentuan titik leleh pada suatu zat
    zat sudah meleleh 
         
    penentuan batas skala atas dan bawah 

       

    3 comments:

    1. saya Yulinarti Choinirul Nisyah (A1C117025) akan mencoba menjawab no 1. menurut saya karena air dan minyak ini mempunyai titik didih yang berbeda yang mana titik didih minyak lebih besar daripada titik didih air dan karena praktikan ingin menentukan titik leleh zat murni dan campuran maka dari itu tidak bisa digunakan termometer yang hanya memiliki batas atas suhu 100 derajat celcius dan harus menggunakan termometer yang memiliki batas lebih dari 100 derajat celcius maka dari itu untuk mengkalibrasi termometer yang memiliki batas atas diatas 100 derajat celcius itu digunakan minyak untk mengkalibrasi nya karena titik didih minyak ini lebih dari 100 derajat celcius. terima kasih

      ReplyDelete
    2. Baik saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3. Tujuan dilakukan nya penentuan titik leleh campuran 4 kali untuk masing-masing campuran dengan perbandingan yang berbeda yaitu untuk mengetahui sebesar apa perubahan titik leleh zat tersebut dimulai dari titik leleh murni zat itu sampai dengan pencampuran yang memiliki perbandingan yang besar sebagaimana titik leleh pada glukosa, semakin banyak jumlah campuran yang dimasukkan kedalam glukosa maka akan semakin naik titik leleh nya.  

      ReplyDelete
    3. Saya Febry Aryanti Huta Uruk (A1C117073) akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2.Faktor yang mempengaruhi hasil pengkalibrasiaan yaitu faktor teknis yang mana faktor teknis ini merupakan bagaimana cara praktikan memegang termometer saat melakukan kalibrasi yang mana jika praktikan saat pengkalibrasian termometer untuk memegang termometer tidak menggunkan benang maka suhu yang didapat termometer untuk zat yang ditentukan suhu  nya akan tercampur dengan suhu tangan sehingga diperlukan benang untuk memegang termometer agar hasil pengkalibrasian baik. Terimakasih.

      ReplyDelete

    LAPORAN 9 PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

    LAPORAN PRAKTIKUM   KIMIA ORGANIK I   DISUSUN OLEH: SILVY WAHYU FRADINI   (A1C1170 23) DOSEN PENGAMPU Dr. Drs...