DISUSUN OLEH:
SILVY WAHYU FRADINI
(A1C117023)
(A1C117023)
DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
VII. DATA PENGAMATAN
7.1 Uji Tollens
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
pengamatan
|
1.
|
Formaldehid + tollens 1 ml di
goncang dan dibiarkan 10 menit
|
Terbentuk cermin kaca (tanpa
pemansan)
|
2.
|
benzadehid + tollens 1 ml di goncang dan dibiarkan 10 menit
dipanaskan selam 5 menit
|
Tidak terbentuk apa-apa.
Terbentuk cermin kaca
|
3.
|
Aseton + tollens 1 ml di goncang
dan dibiarkan 10 menit
dipanaskan selam 5 menit
|
Tidak terbentuk cermin kaca.
Tidak terbentuk cermin kaca
|
4.
|
Sikloheksanon + tollens 1 ml di goncang dan dibiarkan 10 menit
dipanaskan selam 5 menit
|
Tidak terbentuk cermin kaca.
Tidak terbentuk cermin kaca
|
7.2 Uji Fehling
dan Benedict
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
pengamatan
|
1.
|
Formaldehid + 4 tetes benedict
dipanaskan
|
Warna biru lebih pekat
Dibagian bawah terdapat endapan
merah bata
|
2.
|
Benzaldehid + 4 tetes
benedict dipanaskan
|
Terbentuk tiga lapisan
Atas : biru pekat
Tengah : bening
Bawah : biru muda
|
3.
|
Asetin + 4 tetes benedict dipanaskan
|
Tidak terbentuk lapisan, Warna
menjadi biru pekat
|
4.
|
Sikloheksanon + 4 tetes benedict
dipanaskan dipanaskan 15 menit
|
Tidak terbentuk endapan, pada bagian atas terbentuk minyak,
bagian bawah biru muda
Warna biru menjdai kehijauan.
|
7.3 Pengujian
dengan fenilhidrazin
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Fenilhidrazin sebanyak 5 ml dimasukkan ke tabung
reaksi
|
Fenilhidrazin berwarna kuning
|
2.
|
Fenilhidrazin + benzaldehid digoyangkan
sambil ditutup selama 1-2 menit. Campuran tersebut ditambah air es
+etanol+methanol
Lalu dikeringkan.ditentukan titik
lelehnya.
|
Terbentuk kristal kuning terang, berbau menyengat
dan panas.Titik lelehnya 70 C
|
3.
|
Fenilhidrazin + sikloheksanon digoyangkan sambil
ditutup selama 1-2 menit.Campuran tersebut ditambah air es + etanol +
methanol.lalu dikeringkan tentukan titik lelehnya.
|
Terbentuk kristal kuning, berbau
menyengat dan panas.
Titik lelehnya 80 C
|
7.4 Pembuatan oksim
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
pengamatan
|
1.
|
1 gr hidroksilamin + 4 ml air
|
Larutan bening
|
2.
|
ditambah 1,5 gram CuSO4 . 5H2O Dipanaskan 35oC
|
Larutan berwarna hijau tua
|
3.
|
+ sikloheksana Ditutup dan
digoncang 30 detik
|
Hijau lumut keruh
|
4.
|
didinginkan
|
Terdapat endapan warna putih (menandakan terdapat siklo oksim)
|
5.
|
Disaring dan dicuci dengan air Es
|
Endapan menjadi bersih (tidak
berwarnahijau lagi)
|
7.5 Uji Haloform
No
|
Perlakuan
|
Penganatan
|
1
|
5 tetes
aseton + 3 ml NaOH 5 %
|
Warna larutan bening
|
+ 10 ml iodium iodida
|
Warna larutan menjadi coklat betadin
|
|
Digoncang
|
Warna tetap coklat pekat, ada butiran butiran diatas
dan dibawah mengendap
|
|
2
|
3 ml propanol + 3 tetes larutan iodium
|
Setiap tetesan warna kuning nya semakin
pekat
|
3
|
0,5 gram tembakau digerus + 10 ml aquades + 3 tetes
iodium iodida
|
Tidak terjadi reaksi
|
4
|
+ sikloheksanon (keton)
|
Terebentuk 2 lapisan, lapisan atas
berwarna ungu magenta, lapisan bawah merah
|
7.6 Kondensasi
Aldol
No
|
Perlakuan
|
Penganatan
|
1
|
0.5 ml Asetal dehid + 4 ml larutan NaOH 5 % ,
digoncang goncangkan .Didihkan selama 3 menit.
|
Warna jernih , berbau menyengat
|
2
|
10 ml Etanol + 1ml Aseton+ 2 ml
Benzaldehid, dimasukkan dalam labu 50 ml.
|
Terjadi perubahan warna menjadi oranye
kemerahan, berbau menyengat.
|
3
|
10 ml Etanol +1ml Aeton + 2 ml Benzaldehid,
dimasukkuan dalam labu 50 ml.
|
Warna campuran kuning keruh, berbau menyengat.
|
4
|
Campuran tersebut direfluks
selama 5 menit.
|
Warna menjadi coklat keruh, ada endapan
|
VIII. PEMBAHASAN
Aldehid
merupakan senyawa organik yang memiliki gugus karbonil terminal. Gugus fungsi
ini terdiri dari atom karbon yang berikatan dengan atom hydrogen dan berikatan
rangkap dengan atom oksigen. Golongan aldehid ini juga dinamakan golongan
formal atau methanol. Ketika aldehida kependekan alcohol dihidrogenasi yang
berarti alcohol yang terhidrogenasi. Keton merupakan senyawa organic yang
diidentikkan dengan gugus karbonil yang terikat oleh dua atom karbon. Atom
karbon yang diikat gugus karbonil dinamkan karbon x. atom hydrogen yang terikat
karbon x dinamakan hydrogen x. dengan katalis asam, keton bertautomer dengan
keto-chol. Reaksi dengan basa keton menghasilkan enolat. Hydrogen x dari keton
lebih asam dari hydrogen pada alkalis aseton, asetoasetat, dan b-heloksibuhidrat
adalah keton yang terdapat dalam karebohidrat, asam lemak, asam amino sehingga
terdapat dalam tubuh. Aldehid dan keton ini memiliki sifat yang sama yaitu
sama-sama bersifat polar sehingga keduuanya sangat mudah larut dalam air karena
memiliki sifat yang sama juga dengan air (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/20/reaksi-reaksi-aldehid-dan-keton198/)
Pada percobaan ini kami melalukan
beberapa kali pengujian untuk mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada
aldehid dan keton. Adapun hasil yang didapatkan sebagai berikut:
8.1 UJI CERMIN KACA, TOLLENS
Pada percobaan ujin cermin kaca tollens
ini kami melakukan empat kali perlakuan dengan bahan yang berbreda. Dimana
bahan yang kami gunakan ini adalah formalin, benzaldehid, aseton dan
sikloheksanon. Masing-masing bahan ini dimasukkan kedalam empat tabung reaksi
dan ditambahkan dengan 1ml tollens setelah itu dikocok dan didiamkan selama 10
menit sehingga diperoleh hasil yang berbeda-beda satu sama lain. Bahan-bahan
yang digunakan tadi ada yang tergolong kedalam aldehid dan ada yang tergolong
kedalam keton. Yang tergolong kedalam aldehid yaitu formalin dan benzaldehid
sedangkan yang tergolong keton yaitu ada aseton dan sikloheksanon. Tujuan dari
uji cermin kaca ini yaitu untuk mengidentifikasi aldehid dan keton dan pereaksi
tollens yang digunakan ini merupakan larutan ion perak beramonia. Cara
pembuatan reagen tollens ini yaitu perak nitrat ditambahkan larutan NaOH dan
ditambahkan ammonium hidroksida. Penambahan ammonium hidroksida secukupnya agar
supaya larutan pengujian akan gagal kalau terlalu banyak ammonia.
Hasil yang didapat dari masing-masing perlakuan yaitu untuk yang pertama ketika
formalin ditambahkan dengan reagen tollens dan dikocok, setelah sepuluh menit
hasilnya terbentuk cermin kaca perak didalam tabung reaksi. Selanjut nya untuk
tiga bahan lagi seperti brenzaldehid aseton dan sikloheksanon karena setelah
dicampurkan masing-masing dengan reagen tollens, dikocok dan setelah 10 menit
hasilnya tidak terbentuk apa-apa. Makanya dilakukan pemanasan kepada campuran
tersebut sehingga didapat hasil setelah pemanasan yaitu untuk benzaldehid
hasilnya terbentuk cermin kaca perak didalam tabung reaksi nya tetapi untuk
aseton dan sikloheksanon hasil nya sama saja seperti sebelum pemanasan yaitu
tidak terbentuk apa-apa.
Dari hasil yang didapatkan bisa kita amati bahwa yang menghasilkan cermin kaca
perak hanya bahan yang tergolong kedalam aldehid yaitu formalin dan benzaldehid
sedangkan untuk bahan yang tergolong kedalam keton itu tidak bereaksi dengan
reagen tollens sehingga ketika direaksikan hasilnya tidak terbentuk cermin kaca
perak. Hal ini bisa kita ketahui bahwa hanya aldehid yang bisa direaksikan dan
bereaksi terhadap reagen tollens atau menghasilkan uji yang positif terhadap
reagen tollens yang ditandai dengan terbentuknya cermin kaca perak sedangkan
untuk keton itu tidak bereaksi dengan reagen tollens. Penyebab keton tidak
dapat dioksidasi dengan reagen tollens yaitu karena keton tidak mempunyai atom
hydrogen yang menempel pada atom karbon karbonil dan keton ini hanya dapat
dioksidasi oleh logam berat sedangkan aldehid ini mampu dioksidasi dengan
reagen tollens karena pereaksi tollens ini mampu mengubah ikatan C-H pada
aldehid menjadi ikatan C-O. Dimana aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat,
ion Ag dalam reagensia tollens direduksi menjadi logam Ag. Jadi uji cermin kaca
perak dengan reagen tollens ini bisa digunakan untuk mengetahui atau
mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton dimana jika direaksikan dengan
reagen tollesn hasilnya tidak terbentuk apa-apa berarti tergolong keton dan
jika direaksikan dengan reagen tollens hasilnya terbentuk cermin kaca berarti
tergolong dalam senyawa aldehid. Dan bisa dikatakan bahwa hanya aldehid yang
dapat dioksidasi oleh reagen tollens yang menghasilkan uji yang positif berupa
cermin kaca perak.
8.2 UJI FEHLING DAN BENEDICT
Pada percobaan ini kami melakukan dua kali uji yaitu uji fehling dan uji
benedict. Uji fehling dan uji benedict ini digunakan untuk menunjukkan aldehid
maupun keton. Larutan benedict dapat dibuat dengan mereaksikan natrium sitrat
dengan natrium karbonat dalam aquades kemudian kedalam titrat ditambahkan
larutan CuSO4.5H2O dalam 100 ml air kemudian diencerkan
sehingga volume total 1liter. Uji benedict ini dilakukan terhadap 4 bahan yang
berbeda-beda yaitu formaldehid, benzaldehid, aseton dan sikloheksanon. Hasil
yang didapatkan ketika masing-masing bahan tersebut direaksikan dengan reagen
benedict yaitu untuk formaldehid hasilnya setelah ditambahkan reagen benedict warna
campuran menjadi biru pekat dan terbentuk endapan merah bata. Selanjutnya hasil
benzaldehid ditambahkan dengan reagen benedict ini hasilnya yaitu terbentuk 3
lapisan yang mana lapisan bawah berwarna biru biasa, lapisan tengah berwarna
bening dan lapisan atas berwarna biru pekat. Untuk hasil yang didapat ketika
aseton ditambahkan dengan reagent benedict yaitu tidak terbentuk lapisan dan
warna campuran nya menjadi biru pekat selanjutnya hasil yang terakhir ketika
sikloheksanon ditambahkan reagen benedict hasilnya yaitu diatas campuran
terdapat seperti minyak dan ketika dipanaskan 15 menit warna campuran yang
awalnya biru berubah warna menjadi kehijauan. Jadi uji benedict ini
memanfaatkan reaksi kimia antara gula pereduksi dengan ion tembaga yang menhasilkan
endapan merah bata. Warna tersebut berasasl dari senyawa tembaga(I) oksida Cu2O
apabila memiliki gugus aldehid. Pemanasan dilakukan untuk meningkatkan
kelarutan ion Cu dalam air sehingga masih akan menghasilkan endapan merah bata.
Dari empat bahan yang direaksikan dengan reagen benedict ini yang menghasilkan
endapan merah bata yaitu pada campuran formaldehid. Artinya hanya formaldehid
yang mengalami uji yang positif dengan reagent benedict dimana menghasilkan
endapan merah bata. Sehingga bisa dikatakan bahwa formaldehid ini tergolong
dalam aldehid sebagaimana prinsip reagen bendict hanya dapat bereaksi dengan
aldehid.
Pada uji fehling digunakan juga untuk menentukan senyawa aldehid maupun keton.
Bahan yang diuji sama saja seperti bahan yang digunakan dalam uji benedict
yaitu formaldehid, benzaldehid, aseton dan sikloheksanon. Larutan fehling
digunakan dua jenis yaitu fehling A dan fehling B. larutan fehling A terdiri
atas 65 gram CuSO4.5H2O dalam 1liter air suling.
Sedangkan fehling B yaitu 346 gram natrium kalium titrat atau garam rochesle
didalam NaOH 10%. Kemudian pereaksi A dan B dicampurkan dengan sama
banyak barulah diuji dengan 4 bahan tersebut. Hasil yang didapat dari
masing-masing zat tersebut yaitu untuk formaldehid dan benzaldehid ketika
ditambahkan dengan reagent fehling itu terdapat endapan merah bata sedangkan
untuk hasil yang diperoleh dari aseton dan sikloheksanon ketika ditambahkan
dengan reagent fehling hasilnya itu tidak terdapat endapan merah bata. Jadi
dari hasil yang didapatkan dapat dilihat bahwa uji fehling ini akan
menghasilkan uji yang positif jika hasilnya diperoleh endapan merah bata.
Sebagaimana uji fehling ini positif jika dilakukan dengan aldehid sehingga dari
percobaan yang kami lakukan itu hasilnya juga uji positif reagen fehling itu
terjadi pada formaldehid dan benzaldehid yang mana kedua bahan ini tergolong
kedalam aldehid.
8.3 ADISI BISULFIT
Pada percobaan adisi bisulfit ini kami
mendapatkan hasil yang salah. Dimana hal ini disebabka karena kami tidak menggunakan
NaHSO3 tetapi menggantinya dengan H2SO4. Pada
dasarnya percobaan adisi bisulfit ini digunakan untuk menentukan aldehid maupun
keton. Reaksi yang umumnya senyawa karbonil adalah reaksi adisi kepada ikatan
rangkap karbonil dengan pereaksi nukleofil. Aldehid dan beberapa keton yang
tidak mengandung gugus besar alkan bereaksi dengan larutan NaHSO3
pekat (adisi bisulfit) menghasilkan senyawa yang berwujud hablur warna putih.
Hasil reaksi ini bila bereaksi dengan asam akan menghasilkan kembali senyawa karbonil,
sehingga reaksi ini kadang-kadang berguna untuk memisahkan senyawa karbonil dan
campurannya. Reaksi adisi bisulfit ini baik untuk aldehid. Untuk karbon, salah
satu karbonil harus berupa gugus metil. Aldehid atau keton dikocok dengan
sebuah lartan jenuh dari natrium bisulfit dalam air. Jika produk telah
terbentuk, produk tersebut akan terpisah sebagai Kristal putih.
8.4 PENGUJIAN DENGAN FENILHIDRAZIN
Fenilhidrazin merupakan senyawa hydrogen
yang mengandung gugus amina. Reaksi fenilhidrazin merupakan mekanisme dari
reaksi adisi dan reaksi eliminasi. Pada percobaan ini dimasukkan fenilhidrazin
terlebih dahulu dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dalam tabung reaksi
yang berbeda antara aldehid dan keton. Aldehid yang digunakan pada percobaan ini
yakni benzaldeihid dan keton yang digunakan adalah sikloheksanon. Hasil yang
diperoleh ketika benzaldehid dan sikloheksanon ditambahkan fenilhidrazin ini berbeda-beda
dimana hasil yang didapat ketika benzaldehid dicampurkan dengan fenilhidrazin
terjadi perubahan warna menjadi kuning dan perlu diketahui bahwa warna awal
dari fenilhidrazin ini seperti warna pada minyak bensin. kemudian campuran benzaldehid
dengan fenilhidrazin tadi dikocok dan didiamkan hasilnya diperoleh 3 lapisan.
lapisan atas berwarna kuning, lapisan tengah berwarna putih dan lapisan bawah berwarna
kuning. selanjutnya untuk hasil yang diperoleh ketika sikloheksanon dicampurkan
dengan fenilhidrazin sedikit berbeda dari hasil warna campuran benzaldehid yang
diperoleh dimana untuk hasil yang sikloheksanon ini warna nya menjadi kuning
pucat dan setelah didiamkan hanya terbentuk 2 lapisan dimana lapisan atas berwarna
kuning pucat dan lapisan bawah berwarna bening. Adapun tujuan dari pengocokkan
yaitu untuk menghomogenkan fenilhidrazin dan senyawa yang akan diuji. kemudian
campuran tadi di rekristalisasi. tujuan dari rekristalisasi ini untuk
menghasilkan produk yang memiliki kualitas permukaan akhir yang baik. dan
digunakan air dingin agar proses rekristalisasi lebih cepat. kemudian setelah
proses rekristalisasi maka terdapat kristal kuning dan diuji titik leleh nya.
8.5 PEMBUATAN OKSIM
Pada percobaan pembuatan oksim ini digunakan senyawa keton yakni sikloheksanon.
Sikloheksanon sendiri adalah senyawa organik dengan rumus kimia (CH2)5CHOH.
Molekul ini terikat dengan cincin sikloheksana yang suku atom hydrogennya dapat
digantikan dengan gugus hidroksil. Senyawa ini berupa padatan higroskopis tak
berwarna dan berbau seperti lemper yang dalam kondisi kemurnian tinggi, meleleh
pada temperatur kamar. Sedangkan oksim merupakan unsur turunan ammonia C=NOH
yang dibuat dari hidroksilamin NH2OH adalah Kristal padat yang dapat
digunakan untuk mengenali senyawa karbonil tertentu.
Pada percobaan pembuatan oksim ini 1gr HCl dilarutkan dalam 4ml aquades
hasilnya yaitu HCl larut dan warna campuran bening. Kemudian ketika ditambahkan
dengan CuSO4.5H2O warna nya berubah menjadi hijau.
Selanjutnya ketika dipanaskan pada suhu 35 derajat celcius lalu ditambahkan
sikloheksanon dan ditutup serta dikocok selama 1-2 menit didapat hasil yaitu
warna larutan menjadi hijau lumut keruh. Saat didinginkan larutan tersebut
didapat endapan putih kehijauan. Maka didinginkan larutan tersebut kemudian
Kristal yang terbentuk dipisahkan dengan larutannya menggunakan kertas saring.
Selanjutnya dicuci dengan air es dan dikeringkan serta ditentukan titik leleh
nya. Pada percobaan pembuatan oksim ini positif jika terbentuk Kristal padatan
atau Kristal. Padatan ini menunjukan adanya sikoheksanon-oksim pada larutan.
Kristal inilah yang pada akhirnya ditentukan titik leleh nya.
8.6 REAKSI HALOFORM
Pada reaksi haloform ini digunakan untuk menentukan senyawa aldehid dan keton.
Atom hydrogen alfa mudah diganti oleh halogen didalam larutan basa. Reaksi ini
didasarkan pada reaksi yang cepat antara ion enolat dengan suatu halogen. Oleh
karena pengaruh tarikan electron dari halogen, maka atom H yang masih ada pada
C-alfa akan lebih asam dan lebih mudah ditukar dengan halogen. Oleh karena itu
gugus metil yang terikat pada atom karbon karboni, mudah sekali diubah menjadi
senyawa trihalometiloleh halogen dan basa.
Pada percobaan haloform ini kami
melakukan empat kali pengujian yaitu terhadap aseton, 2-propanol, tembakau dan
sikloheksanon. Hasil yang diperoleh dari masing-masing pengujian yaitu pertama
ketika aseton ditambahkan dengan NaOH 5% hasilnya adalah warna larutan bening
dan setelah ditambah larutan iodium iodida dan dikocok warna larutan berubah
menjadi coklat pekat dan ada butiran-butiran kuning emas dibawah dan diatas
larutan. Hasil yang didapat dari 2-propanol dititeteskan dengan larutan iodium
iodida adalah pada tetesan pertama warna larutan menjadi kuning, pada tetsan
keda warna kuning nya menjadi pekat dan saat tetesan ketiga warnanya menjadi kuning
kecoklatan. Selanjutnya hasil yang didapat ketika 0,5 gram tembakau ditambah
aquades dan lautan iodium iodida hasil nya yaitu warna larutan menjadi warna
coklat seperti tembakau. Kemudian hasil yang terakhir ketika sikloheksanon
ditambahkan larutan iodium iodide hasilnya yaitu terbentuk 2 fasa diatas
berwarna merah dan bagian bawah berwarna magenta. Uji haloform ini tidak
bereaksi dengan golongan aldehid. Reaksi ini positif ditunjukkan dengan adanya
endapan kuning iodoform dan berbau khas. Uji ini juga tidak spesifik karena
hanya terjadi pada metil keton saja.
8.7 KONDENSASI ALDOL
Pada percobaan kondensasi aldol ini digunakan suatu aldehid yakni asetal dehid.
Reaksi kondensasi aldol dapat dilangsungkan oleh senyawa aldehid yang mempunyai
hydrogen x. reaksi kondensasi aldol terjadi pada suatu jenis aldehid dengan
adanya asam atau basa encer. Senyawa hasil reaksi kondensasi aldol adalah
aldehid B-hidroksi yang sering disebut dengan senyawa aldol. Senyawa aldol
adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi aldehid dan alkohol sekaligus. Oleh
karena itu anion enolat adalah suatu nukleofil, maka ia dapat diadisikan
kedalam gugus karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan ikatan karbon-karvon yang
baru., sehingga banyak kegunaannya dalam proses sintesis. Bila asetal dehid
direaksikan dalam larutan basa encer ia akan mengeluarkan H2O
sehingga akan dihasilkan aldehid tak jenuh yang disebut kronaldehid.
Pada percobaan ini awalnya 0,5 asetal dehid dicampurkan dengan 4ml NaOH 1%
hasilnya adalah warna campuran bening dan memiliki bau seperti bau balon tiup
mainan anak-anak. Selanjutnya ketika campuran ini dipanaskan warna dan bau nya
berubah menjadi warna kuning dan baunya menjadi seperti bau tengik. Setelah itu
kami merefluks campuran tersebut selama lima menit. Namun pada percobaan ini
karena keterbatasan waktu kami tidak menunggu atau membuat larutan jenuh hingga
terbentuk Kristal sehingga kami tidak menguji titik leleh nya karena Kristal
belum terbentuk. Tujuan merefluks untuk membuat campuran menjadi larutan
yang homogen yang nantinya dapat terbentuk endapan atau Kristal yang dapat
diketahui titik lelehnya. Pada prosesnya campuran awal pada labu dipanaskan
sehingga timbul uap yang nantinya jatuh kebawah menjadi air lagi. Tujuan dari
pemanasan adalah untuk memepercepat terjadinya reaksi sehingga terbentuk
asetaldehid. Cara ini dilakukan sampai campuran menjadi larutan homogen.
Setelah menjadi larutan homogen lalu didinginkan pada air es sampai partikel
mengendap semuanya. Tetapi pada percobaan ini tak terjadi pengkristalan hal ini
disebabkan karena kurang lamanya proses refluks sehingga larutan belum homogen
benar, serta terlalu sebentarnya proses pendinginan pada air es sehingga
partikel belum mengendap semua.
IX. KESIMPULAN
Dari
percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
- Aldehid dan keton sama-sama memiliki gugus karbonil. Dimana gugus karbonil ini merupakan gugus fungsi yang mudah menguap. Aldehid lebih cepat bereaksi dari pada keton hal ini dikarenakan atom pada karbonil aldehid kurang terlindungi atau tidak terlalu banyak gugus yang melekat .
- Perbedaan senyawa aldehid dan keton adalah aldehid dapat dioksidasi menghasilkan asam karboksilat sedangkan keton tidak dapat dioksidasi serta aldehid dapat bereaksi dengan pereaksi tollen's sedangkan keton tidak dapat bereaksi dengan pereaksi tollen's.
- Aldehid dapat bereaksi dengan pereaksi fehling hal ini ditunjukkan dengan adanya endapan yang terbentuk sedangkan keton tidak bereaksi terhadap pereaksi benedict dan fehling. Jadi uji yang dapat dilakukan untuk membedakan aldehid dan keton yaitu bisa menggunakan uji fehling, uji tollen's dan juga bisa dengan tes benedict dan tes iodoform.
X. DAFTAR PUSTAKA
- Pine. 2011. Kimia Organik I. Jakarta: Erlangga
- http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/20/reaksi-reaksi-aldehid-dan-keton198/
- Tim Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi: Universitas Jambi
- Ulya. 2012. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB
- Wilbrahman. 2010. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta: Bina Aksara
permasalahan yang timbul dari praktikum yang telah dilakukan yaitu:
- Apa tujuan praktikan melakukan pemanasan pada uji cermin kaca,tollens?
- Mengapa pada percobaan kondensasi aldol praktikan tidak menghasilkan kristal?
- Apa tujuan praktikan melakukan pemanasan dan merefluks pada percobaan kondensasi aldol?
LAMPIRAN FOTO PRAKTIKUM
Formalin yang direaksikan dengan reagen tollens
Pengujian dengan fenilhidrazin
Larutan hasil uji haloform
Proses refluks pada kondensasi aldol
Hasil larutan pada uji bennedict