Friday, March 29, 2019

LAPORAN 5 PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

LAPORAN PRAKTIKUM  
KIMIA ORGANIK I


 

DISUSUN OLEH:

SILVY WAHYU FRADINI
 (A1C117023)

DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI   
2019


VII. DATA PENGAMATAN

7.1 Uji Tollens
No.
Perlakuan
Hasil pengamatan
1.
Formaldehid + tollens 1 ml di goncang dan dibiarkan 10 menit
Terbentuk cermin kaca (tanpa pemansan)
2.
benzadehid + tollens 1 ml di goncang dan dibiarkan 10 menit
dipanaskan selam 5 menit
Tidak terbentuk apa-apa.

Terbentuk cermin kaca
3.
Aseton + tollens 1 ml di goncang dan dibiarkan 10 menit
dipanaskan selam 5 menit
Tidak terbentuk cermin kaca.

Tidak terbentuk cermin kaca
4.
Sikloheksanon + tollens 1 ml di goncang dan dibiarkan 10 menit
dipanaskan selam 5 menit
Tidak terbentuk cermin kaca.

Tidak terbentuk cermin kaca



7.2 Uji Fehling dan Benedict
No.
Perlakuan
Hasil pengamatan
1.
Formaldehid + 4 tetes benedict dipanaskan
Warna biru lebih pekat
Dibagian bawah terdapat endapan merah bata
2.
Benzaldehid  + 4 tetes benedict dipanaskan
Terbentuk tiga lapisan
Atas : biru pekat
Tengah : bening
Bawah : biru muda
3.
Asetin  + 4 tetes benedict dipanaskan
Tidak terbentuk lapisan, Warna menjadi biru pekat
4.
Sikloheksanon + 4 tetes benedict

dipanaskan dipanaskan 15 menit
Tidak terbentuk endapan, pada bagian atas terbentuk minyak, bagian bawah biru muda
Warna biru menjdai kehijauan.



7.3 Pengujian dengan fenilhidrazin
No.
Perlakuan
Pengamatan
1.
Fenilhidrazin sebanyak 5 ml dimasukkan ke tabung reaksi
Fenilhidrazin berwarna kuning
2.
Fenilhidrazin + benzaldehid digoyangkan sambil ditutup selama 1-2 menit. Campuran tersebut ditambah air es +etanol+methanol
Lalu dikeringkan.ditentukan titik lelehnya.
Terbentuk kristal kuning terang, berbau menyengat dan panas.Titik lelehnya 70 C
3.
Fenilhidrazin + sikloheksanon digoyangkan sambil ditutup selama 1-2 menit.Campuran tersebut ditambah air es + etanol + methanol.lalu dikeringkan tentukan titik lelehnya.
Terbentuk kristal kuning, berbau
menyengat dan panas.
Titik lelehnya 80 C



7.4 Pembuatan oksim
No.
Perlakuan
Hasil pengamatan
1.
1 gr hidroksilamin + 4 ml air
Larutan bening
2.
ditambah 1,5 gram CuSO4 . 5H2O  Dipanaskan 35oC
Larutan berwarna hijau tua
3.
+ sikloheksana Ditutup dan digoncang 30 detik
Hijau lumut keruh
4.
didinginkan
Terdapat endapan warna putih (menandakan terdapat siklo oksim)
5.
Disaring dan dicuci dengan air Es
Endapan menjadi bersih (tidak berwarnahijau lagi)


7.5 Uji Haloform
No
Perlakuan
Penganatan
1
 5 tetes aseton + 3 ml NaOH 5 %
Warna larutan bening

+ 10 ml iodium iodida
Warna larutan menjadi coklat betadin

Digoncang
Warna tetap coklat pekat, ada butiran butiran diatas dan dibawah mengendap
2
3 ml propanol + 3 tetes larutan iodium
Setiap tetesan warna kuning nya semakin pekat
3
0,5 gram tembakau digerus + 10 ml aquades + 3 tetes iodium iodida
Tidak terjadi reaksi
4
+ sikloheksanon (keton)
Terebentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna ungu magenta, lapisan bawah merah

7.6 Kondensasi Aldol
No
Perlakuan
Penganatan
1
 0.5 ml Asetal dehid + 4 ml larutan NaOH 5 % , digoncang goncangkan .Didihkan selama 3 menit.
Warna jernih , berbau menyengat
2
10 ml Etanol + 1ml Aseton+ 2 ml Benzaldehid, dimasukkan dalam labu 50 ml.

Terjadi perubahan warna menjadi oranye kemerahan, berbau menyengat.

3
10 ml Etanol +1ml Aeton + 2 ml Benzaldehid, dimasukkuan dalam labu 50 ml.

Warna campuran kuning keruh, berbau menyengat.

4
  Campuran tersebut direfluks selama 5 menit.
Warna menjadi coklat keruh, ada endapan
 

VIII. PEMBAHASAN

Aldehid merupakan senyawa organik yang memiliki gugus karbonil terminal. Gugus fungsi ini terdiri dari atom karbon yang berikatan dengan atom hydrogen dan berikatan rangkap dengan atom oksigen. Golongan aldehid ini juga dinamakan golongan formal atau methanol. Ketika aldehida kependekan alcohol dihidrogenasi yang berarti alcohol yang terhidrogenasi. Keton merupakan senyawa organic yang diidentikkan dengan gugus karbonil yang terikat oleh dua atom karbon. Atom karbon yang diikat gugus karbonil dinamkan karbon x. atom hydrogen yang terikat karbon x dinamakan hydrogen x. dengan katalis asam, keton bertautomer dengan keto-chol. Reaksi dengan basa keton menghasilkan enolat. Hydrogen x dari keton lebih asam dari hydrogen pada alkalis aseton, asetoasetat, dan b-heloksibuhidrat adalah keton yang terdapat dalam karebohidrat, asam lemak, asam amino sehingga terdapat dalam tubuh. Aldehid dan keton ini memiliki sifat yang sama yaitu sama-sama bersifat polar sehingga keduuanya sangat mudah larut dalam air karena memiliki sifat yang sama juga dengan air (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/20/reaksi-reaksi-aldehid-dan-keton198/)


Pada percobaan ini kami melalukan beberapa kali pengujian untuk mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada aldehid dan keton. Adapun hasil yang didapatkan sebagai berikut:
     8.1 UJI CERMIN KACA, TOLLENS
Pada percobaan ujin cermin kaca tollens ini kami melakukan empat kali perlakuan dengan bahan yang berbreda. Dimana bahan yang kami gunakan ini adalah formalin, benzaldehid, aseton dan sikloheksanon. Masing-masing bahan ini dimasukkan kedalam empat tabung reaksi dan ditambahkan dengan 1ml tollens setelah itu dikocok dan didiamkan selama 10 menit sehingga diperoleh hasil yang berbeda-beda satu sama lain. Bahan-bahan yang digunakan tadi ada yang tergolong kedalam aldehid dan ada yang tergolong kedalam keton. Yang tergolong kedalam aldehid yaitu formalin dan benzaldehid sedangkan yang tergolong keton yaitu ada aseton dan sikloheksanon. Tujuan dari uji cermin kaca ini yaitu untuk mengidentifikasi aldehid dan keton dan pereaksi tollens yang digunakan ini merupakan larutan ion perak beramonia. Cara pembuatan reagen tollens ini yaitu perak nitrat ditambahkan larutan NaOH dan ditambahkan ammonium hidroksida. Penambahan ammonium hidroksida secukupnya agar supaya larutan pengujian akan gagal kalau terlalu banyak ammonia.
            Hasil yang didapat dari masing-masing perlakuan yaitu untuk yang pertama ketika formalin ditambahkan dengan reagen tollens dan dikocok, setelah sepuluh menit hasilnya terbentuk cermin kaca perak didalam tabung reaksi. Selanjut nya untuk tiga bahan lagi seperti brenzaldehid aseton dan sikloheksanon karena setelah dicampurkan masing-masing dengan reagen tollens, dikocok dan setelah 10 menit hasilnya tidak terbentuk apa-apa. Makanya dilakukan pemanasan kepada campuran tersebut sehingga didapat hasil setelah pemanasan yaitu untuk benzaldehid hasilnya terbentuk cermin kaca perak didalam tabung reaksi nya tetapi untuk aseton dan sikloheksanon hasil nya sama saja seperti sebelum pemanasan yaitu tidak terbentuk apa-apa.
            Dari hasil yang didapatkan bisa kita amati bahwa yang menghasilkan cermin kaca perak hanya bahan yang tergolong kedalam aldehid yaitu formalin dan benzaldehid sedangkan untuk bahan yang tergolong kedalam keton itu tidak bereaksi dengan reagen tollens sehingga ketika direaksikan hasilnya tidak terbentuk cermin kaca perak. Hal ini bisa kita ketahui bahwa hanya aldehid yang bisa direaksikan dan bereaksi terhadap reagen tollens atau menghasilkan uji yang positif terhadap reagen tollens yang ditandai dengan terbentuknya cermin kaca perak sedangkan untuk keton itu tidak bereaksi dengan reagen tollens. Penyebab keton tidak dapat dioksidasi dengan reagen tollens yaitu karena keton tidak mempunyai atom hydrogen yang menempel pada atom karbon karbonil dan keton ini hanya dapat dioksidasi oleh logam berat sedangkan aldehid ini mampu dioksidasi dengan reagen tollens karena pereaksi tollens ini mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O. Dimana aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag dalam reagensia tollens direduksi menjadi logam Ag. Jadi uji cermin kaca perak dengan reagen tollens ini bisa digunakan untuk mengetahui atau mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton dimana jika direaksikan dengan reagen tollesn hasilnya tidak terbentuk apa-apa berarti tergolong keton dan jika direaksikan dengan reagen tollens hasilnya terbentuk cermin kaca berarti tergolong dalam senyawa aldehid. Dan bisa dikatakan bahwa hanya aldehid yang dapat dioksidasi oleh reagen tollens yang menghasilkan uji yang positif berupa cermin kaca perak.

     8.2 UJI FEHLING DAN BENEDICT
            Pada percobaan ini kami melakukan dua kali uji yaitu uji fehling dan uji benedict. Uji fehling dan uji benedict ini digunakan untuk menunjukkan aldehid maupun keton. Larutan benedict dapat dibuat dengan mereaksikan natrium sitrat dengan natrium karbonat dalam aquades kemudian kedalam titrat ditambahkan larutan CuSO4.5H2O dalam 100 ml air kemudian diencerkan sehingga volume total 1liter. Uji benedict ini dilakukan terhadap 4 bahan yang berbeda-beda yaitu formaldehid, benzaldehid, aseton dan sikloheksanon. Hasil yang didapatkan ketika masing-masing bahan tersebut direaksikan dengan reagen benedict yaitu untuk formaldehid hasilnya setelah ditambahkan reagen benedict warna campuran menjadi biru pekat dan terbentuk endapan merah bata. Selanjutnya hasil benzaldehid ditambahkan dengan reagen benedict ini hasilnya yaitu terbentuk 3 lapisan yang mana lapisan bawah berwarna biru biasa, lapisan tengah berwarna bening dan lapisan atas berwarna biru pekat. Untuk hasil yang didapat ketika aseton ditambahkan dengan reagent benedict yaitu tidak terbentuk lapisan dan warna campuran nya menjadi biru pekat selanjutnya hasil yang terakhir ketika sikloheksanon ditambahkan reagen benedict hasilnya yaitu diatas campuran terdapat seperti minyak dan ketika dipanaskan 15 menit warna campuran yang awalnya biru berubah warna menjadi kehijauan. Jadi uji benedict ini memanfaatkan reaksi kimia antara gula pereduksi dengan ion tembaga yang menhasilkan endapan merah bata. Warna tersebut berasasl dari senyawa tembaga(I) oksida Cu2O apabila memiliki gugus aldehid. Pemanasan dilakukan untuk meningkatkan kelarutan ion Cu dalam air sehingga masih akan menghasilkan endapan merah bata. Dari empat bahan yang direaksikan dengan reagen benedict ini yang menghasilkan endapan merah bata yaitu pada campuran formaldehid. Artinya hanya formaldehid yang mengalami uji yang positif dengan reagent benedict dimana menghasilkan endapan merah bata. Sehingga bisa dikatakan bahwa formaldehid ini tergolong dalam aldehid sebagaimana prinsip reagen bendict hanya dapat bereaksi dengan aldehid.
            Pada uji fehling digunakan juga untuk menentukan senyawa aldehid maupun keton. Bahan yang diuji sama saja seperti bahan yang digunakan dalam uji benedict yaitu formaldehid, benzaldehid, aseton dan sikloheksanon. Larutan fehling digunakan dua jenis yaitu fehling A dan fehling B. larutan fehling A terdiri atas 65 gram CuSO4.5H2O dalam 1liter air suling. Sedangkan fehling B yaitu 346 gram natrium kalium titrat atau garam rochesle didalam NaOH 10%. Kemudian pereaksi A dan B  dicampurkan dengan sama banyak barulah diuji dengan 4 bahan tersebut. Hasil yang didapat dari masing-masing zat tersebut yaitu untuk formaldehid dan benzaldehid ketika ditambahkan dengan reagent fehling itu terdapat endapan merah bata sedangkan untuk hasil yang diperoleh dari aseton dan sikloheksanon ketika ditambahkan dengan reagent fehling hasilnya itu tidak terdapat endapan merah bata. Jadi dari hasil yang didapatkan dapat dilihat bahwa uji fehling ini akan menghasilkan uji yang positif jika hasilnya diperoleh endapan merah bata. Sebagaimana uji fehling ini positif jika dilakukan dengan aldehid sehingga dari percobaan yang kami lakukan itu hasilnya juga uji positif reagen fehling itu terjadi pada formaldehid dan benzaldehid yang mana kedua bahan ini tergolong kedalam aldehid.

     8.3 ADISI BISULFIT
Pada percobaan adisi bisulfit ini kami mendapatkan hasil yang salah. Dimana hal ini disebabka karena kami tidak menggunakan NaHSO3 tetapi menggantinya dengan H2SO4. Pada dasarnya percobaan adisi bisulfit ini digunakan untuk menentukan aldehid maupun keton. Reaksi yang umumnya senyawa karbonil adalah reaksi adisi kepada ikatan rangkap karbonil dengan pereaksi nukleofil. Aldehid dan beberapa keton yang tidak mengandung gugus besar alkan bereaksi dengan larutan NaHSO pekat (adisi bisulfit) menghasilkan senyawa yang berwujud hablur warna putih. Hasil reaksi ini bila bereaksi dengan asam akan menghasilkan kembali senyawa karbonil, sehingga reaksi ini kadang-kadang berguna untuk memisahkan senyawa karbonil dan campurannya. Reaksi adisi bisulfit ini baik untuk aldehid. Untuk karbon, salah satu karbonil harus berupa gugus metil. Aldehid atau keton dikocok dengan sebuah lartan jenuh dari natrium bisulfit dalam air. Jika produk telah terbentuk, produk tersebut akan terpisah sebagai Kristal putih.
   
     8.4 PENGUJIAN DENGAN FENILHIDRAZIN
Fenilhidrazin merupakan senyawa hydrogen yang mengandung gugus amina. Reaksi fenilhidrazin merupakan mekanisme dari reaksi adisi dan reaksi eliminasi. Pada percobaan ini dimasukkan fenilhidrazin terlebih dahulu dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dalam tabung reaksi yang berbeda antara aldehid dan keton. Aldehid yang digunakan pada percobaan ini yakni benzaldeihid dan keton yang digunakan adalah sikloheksanon. Hasil yang diperoleh ketika benzaldehid dan sikloheksanon ditambahkan fenilhidrazin ini berbeda-beda dimana hasil yang didapat ketika benzaldehid dicampurkan dengan fenilhidrazin terjadi perubahan warna menjadi kuning dan perlu diketahui bahwa warna awal dari fenilhidrazin ini seperti warna pada minyak bensin. kemudian campuran benzaldehid dengan fenilhidrazin tadi dikocok dan didiamkan hasilnya diperoleh 3 lapisan. lapisan atas berwarna kuning, lapisan tengah berwarna putih dan lapisan bawah berwarna kuning. selanjutnya untuk hasil yang diperoleh ketika sikloheksanon dicampurkan dengan fenilhidrazin sedikit berbeda dari hasil warna campuran benzaldehid yang diperoleh dimana untuk hasil yang sikloheksanon ini warna nya menjadi kuning pucat dan setelah didiamkan hanya terbentuk 2 lapisan dimana lapisan atas berwarna kuning pucat dan lapisan bawah berwarna bening. Adapun tujuan dari pengocokkan yaitu untuk menghomogenkan fenilhidrazin dan senyawa yang akan diuji. kemudian campuran tadi di rekristalisasi. tujuan dari rekristalisasi ini untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas permukaan akhir yang baik. dan digunakan air dingin agar proses rekristalisasi lebih cepat. kemudian setelah proses rekristalisasi maka terdapat kristal kuning dan diuji titik leleh nya.
     
     8.5 PEMBUATAN OKSIM
            Pada percobaan pembuatan oksim ini digunakan senyawa keton yakni sikloheksanon. Sikloheksanon sendiri adalah senyawa organik dengan rumus kimia (CH2)5CHOH. Molekul ini terikat dengan cincin sikloheksana yang suku atom hydrogennya dapat digantikan dengan gugus hidroksil. Senyawa ini berupa padatan higroskopis tak berwarna dan berbau seperti lemper yang dalam kondisi kemurnian tinggi, meleleh pada temperatur kamar. Sedangkan oksim merupakan unsur turunan ammonia C=NOH yang dibuat dari hidroksilamin NH2OH adalah Kristal padat yang dapat digunakan untuk mengenali senyawa karbonil tertentu.
            Pada percobaan pembuatan oksim ini 1gr HCl dilarutkan dalam 4ml aquades hasilnya yaitu HCl larut dan warna campuran bening. Kemudian ketika ditambahkan dengan CuSO4.5H2O warna nya berubah menjadi hijau. Selanjutnya ketika dipanaskan pada suhu 35 derajat celcius lalu ditambahkan sikloheksanon dan ditutup serta dikocok selama 1-2 menit didapat hasil yaitu warna larutan menjadi hijau lumut keruh. Saat didinginkan larutan tersebut didapat endapan putih kehijauan. Maka didinginkan larutan tersebut kemudian Kristal yang terbentuk dipisahkan dengan larutannya menggunakan kertas saring. Selanjutnya dicuci dengan air es dan dikeringkan serta ditentukan titik leleh nya. Pada percobaan pembuatan oksim ini positif jika terbentuk Kristal padatan atau Kristal. Padatan ini menunjukan adanya sikoheksanon-oksim pada larutan. Kristal inilah yang pada akhirnya ditentukan titik leleh nya.

     8.6 REAKSI HALOFORM
            Pada reaksi haloform ini digunakan untuk menentukan senyawa aldehid dan keton. Atom hydrogen alfa mudah diganti oleh halogen didalam larutan basa. Reaksi ini didasarkan pada reaksi yang cepat antara ion enolat dengan suatu halogen. Oleh karena pengaruh tarikan electron dari halogen, maka atom H yang masih ada pada C-alfa akan lebih asam dan lebih mudah ditukar dengan halogen. Oleh karena itu gugus metil yang terikat pada atom karbon karboni, mudah sekali diubah menjadi senyawa trihalometiloleh halogen dan basa.
Pada percobaan haloform ini kami melakukan empat kali pengujian yaitu terhadap aseton, 2-propanol, tembakau dan sikloheksanon. Hasil yang diperoleh dari masing-masing pengujian yaitu pertama ketika aseton ditambahkan dengan NaOH 5% hasilnya adalah warna larutan bening dan setelah ditambah larutan iodium iodida dan dikocok warna larutan berubah menjadi coklat pekat dan ada butiran-butiran kuning emas dibawah dan diatas larutan. Hasil yang didapat dari 2-propanol dititeteskan dengan larutan iodium iodida adalah pada tetesan pertama warna larutan menjadi kuning, pada tetsan keda warna kuning nya menjadi pekat dan saat tetesan ketiga warnanya menjadi kuning kecoklatan. Selanjutnya hasil yang didapat ketika 0,5 gram tembakau ditambah aquades dan lautan iodium iodida hasil nya yaitu warna larutan menjadi warna coklat seperti tembakau. Kemudian hasil yang terakhir ketika sikloheksanon ditambahkan larutan iodium iodide hasilnya yaitu terbentuk 2 fasa diatas berwarna merah dan bagian bawah berwarna magenta. Uji haloform ini tidak bereaksi dengan golongan aldehid. Reaksi ini positif ditunjukkan dengan adanya endapan kuning iodoform dan berbau khas. Uji ini juga tidak spesifik karena hanya terjadi pada metil keton saja.

     8.7 KONDENSASI ALDOL
            Pada percobaan kondensasi aldol ini digunakan suatu aldehid yakni asetal dehid. Reaksi kondensasi aldol dapat dilangsungkan oleh senyawa aldehid yang mempunyai hydrogen x. reaksi kondensasi aldol terjadi pada suatu jenis aldehid dengan adanya asam atau basa encer. Senyawa hasil reaksi kondensasi aldol adalah aldehid B-hidroksi yang sering disebut dengan senyawa aldol. Senyawa aldol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi aldehid dan alkohol sekaligus. Oleh karena itu anion enolat adalah suatu nukleofil, maka ia dapat diadisikan kedalam gugus karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan ikatan karbon-karvon yang baru., sehingga banyak kegunaannya dalam proses sintesis. Bila asetal dehid direaksikan dalam larutan basa encer ia akan mengeluarkan H2O sehingga akan dihasilkan aldehid tak jenuh yang disebut kronaldehid.
            Pada percobaan ini awalnya 0,5 asetal dehid dicampurkan dengan 4ml NaOH 1% hasilnya adalah warna campuran bening dan memiliki bau seperti bau balon tiup mainan anak-anak. Selanjutnya ketika campuran ini dipanaskan warna dan bau nya berubah menjadi warna kuning dan baunya menjadi seperti bau tengik. Setelah itu kami merefluks campuran tersebut selama lima menit. Namun pada percobaan ini karena keterbatasan waktu kami tidak menunggu atau membuat larutan jenuh hingga terbentuk Kristal sehingga kami tidak menguji titik leleh nya karena Kristal belum terbentuk.  Tujuan merefluks untuk membuat campuran menjadi larutan yang homogen yang nantinya dapat terbentuk endapan atau Kristal yang dapat diketahui titik lelehnya. Pada prosesnya campuran awal pada labu dipanaskan sehingga timbul uap yang nantinya jatuh kebawah menjadi air lagi. Tujuan dari pemanasan adalah untuk memepercepat terjadinya reaksi sehingga terbentuk asetaldehid. Cara ini dilakukan sampai campuran menjadi larutan homogen. Setelah menjadi larutan homogen lalu didinginkan pada air es sampai partikel mengendap semuanya. Tetapi pada percobaan ini tak terjadi pengkristalan hal ini disebabkan karena kurang lamanya proses refluks sehingga larutan belum homogen benar, serta terlalu sebentarnya proses pendinginan pada air es sehingga partikel belum mengendap semua.
 

IX. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
    1. Aldehid dan keton sama-sama memiliki gugus karbonil. Dimana gugus karbonil ini merupakan gugus fungsi yang mudah menguap. Aldehid lebih cepat bereaksi dari pada keton hal ini dikarenakan atom pada karbonil aldehid kurang terlindungi atau tidak terlalu banyak gugus yang melekat . 
    2. Perbedaan senyawa aldehid dan keton adalah aldehid dapat dioksidasi menghasilkan asam karboksilat sedangkan keton tidak dapat dioksidasi serta aldehid dapat bereaksi dengan pereaksi tollen's sedangkan keton tidak dapat bereaksi dengan pereaksi tollen's. 
    3. Aldehid dapat bereaksi dengan pereaksi fehling hal ini ditunjukkan dengan adanya endapan yang terbentuk sedangkan keton tidak bereaksi terhadap pereaksi benedict dan fehling. Jadi uji yang dapat dilakukan untuk membedakan aldehid dan keton yaitu bisa menggunakan uji fehling, uji tollen's dan juga bisa dengan tes benedict dan tes iodoform.

    X. DAFTAR PUSTAKA


    permasalahan yang timbul dari praktikum yang telah dilakukan yaitu: 

    1.  Apa tujuan praktikan melakukan pemanasan pada uji cermin kaca,tollens?
    2. Mengapa pada percobaan kondensasi aldol praktikan tidak menghasilkan kristal?
    3. Apa tujuan praktikan melakukan pemanasan dan merefluks pada percobaan kondensasi aldol?


    LAMPIRAN FOTO PRAKTIKUM 

    Formalin yang direaksikan dengan reagen tollens

    Pengujian dengan fenilhidrazin

    Larutan hasil uji haloform


     Proses refluks pada kondensasi aldol

    Hasil larutan pada uji bennedict


    LAPORAN 9 PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

    LAPORAN PRAKTIKUM   KIMIA ORGANIK I   DISUSUN OLEH: SILVY WAHYU FRADINI   (A1C1170 23) DOSEN PENGAMPU Dr. Drs...