DISUSUN OLEH:
SILVY WAHYU FRADINI
(A1C117023)
(A1C117023)
DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
VII. DATA PENGAMATAN
7.1. Kromatografi lapis tipis
No.
|
Sampel
|
Jarak
Noda(cm) |
Jarak
Eluen (cm) |
Rf
|
1
|
Buah naga
|
3,9
|
4,8
|
0,8125
|
2
|
Bayam
|
0,3
|
4,8
|
0,025
|
3
|
Nanas
|
3,8
|
4,8
|
0,79166
|
4
|
Bunga kertas
|
2,5
|
4,8
|
0,520
|
5
|
Semangka
|
3,7
|
4,5
|
0,8222
|
6
|
wortel
|
3,9
|
4,5
|
0,8666
|
7
|
pepaya
|
3,8
|
4,5
|
0,8444
|
8
|
Kentang
|
0
|
4,5
|
0
|
9
|
Tomat
|
4,1
|
4,7
|
0,8723
|
10
|
Bunga sepatu
|
4,0
|
4,7
|
0,8510
|
7.2. Kromatografi kolom
No.
|
Sampel
|
Banyak botol
|
Warna
|
Hasil TLC
|
1
|
Buah naga
|
6 botol
|
Bening semua
|
Tidak ada noda ang bergerak
|
2
|
Bayam
|
4 botol
|
1
(bening) 2 (Hijau) 3 (hijau pudar ) 4 (bening)
|
Noda tidak ada yang bergerak tetapi tapi
noda 1,2,3 terlihat berwarna kekuningan pada garis bawah plat.
|
3
|
Nanas
|
3 botol
|
1 (bening) 2 (kuning keruh ) 3 (bening)
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
4
|
Bunga kertas
|
5 botol
|
1 ( bening ) 2 ( terdapat seperti minak ) 3
( agak keruh ) 4 dan 5 ( bening )
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
5
|
Semangka
|
3 botol
|
1 (bening) 2 ( keruh ) 3 (bening)
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
6
|
wortel
|
3 botol
|
1 (bening) 2 ( kuning cerah ) 3 (bening)
|
Noda 1dan 3 tampak berwarna krim pada garis
bawah tapi tidak bergerak
|
7
|
pepaya
|
4 botol
|
1 (bening) 2 ( kekuningan ) 3 dan 4 (bening)
|
Noda satu tak terjadi apa2. Noda 2 dan 4
tampak noda krim pada garis bawah dan pada noda 3 bergerak naik dengan warna
krim
|
8
|
Kentang
|
4 botol
|
1 (bening) 2 ( kuning keruh ) 3 dan 4
(bening)
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
9
|
Tomat
|
3 botol
|
1 (bening) 2 ( kemerahan) 3 (bening)
|
Pada noda ketiga berwarna abu2 dan bergrak
naik ke atas
|
10
|
Bunga sepatu
|
4 botol
|
1 (bening) 2 dan 3( keruh ) 4 ( keruh pudar )
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
VIII. PEMBAHASAN
Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk menganalisis
suatu senyawa dengan cara memisahkan nya sehingga dapat diketahui
komponen-komponen penyusun suatu senyawa tersebut
dan dapat pula dianalisis komponen-komponennya itu. teknik yang biasa digunakan
untuk memisahkan senyawa tersebut biasanya digunakan suatu teknik yang biasa
dikenal dengan teknik kromatografi. pada umumnya ada prinsip dasar yang
diterapkan dalam teknik kromatografi yaitu dimana pemisahan nya didasarkan pada
perbedaan afinitas atau gaya adhesi pada setiap jenis analit terhadap kedua
fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak sehingga akhirnya terjadi pemisahan pada
masing-masing komponen penyusunnya. Dalam kromatrografi ada dua hasl yang
mempengaruhi hasil pemisahan nya yaitu ada fase gerak dan fase diam. Yang
dimana fase gerak adalah salah satu komponen pembawa
analit yang dapat bersifat inert maupun yang dapat berinteraksi dengan analit
tersebut. Fase gerak ini pada umumnya tidak hanya memiliki wujud yang cair akan
tetapi bisa saja berwujud gas tetapi berupa gas inert yang umumnya hanya dapat
dipakai sebagai carrier gas senyawa yang memiliki sifat mudah menguap. Pada
umumnya fase gerak itu dapat berupa cairan atau gas. Adapun contoh fase gerak
yang digunakan dalam percobaan proses kromatografi ini yaitu seperti heksana,
etil asetat, air, kloroform,etanol, dan methanol. Selanjutnya fase diam
merupakan suatu komponen yang mempunyai peranan penting dalam proses
kromatografi karena adanya interaksi dengan salah satu fase diamlah maka akan
terjadi perubahan waktu retensi (TR) dan terjadinya pemisahan suatu analit
dalam campuran. Adapun contoh fase diam dapat berupa zat cair atau padatan yang
mana pada percobaan ini digunakan silica gel. Dengan demikian karena adanya
kombinasi antara fase diam dan fase gerak maka kromatografi dapat dibedakan
menadi empat yaitu berupa cair-cair, cair-gas, gas-padat, dan padat-cair. Pada
dasarnya ada beberapa jenis teknik kromatrografi yang umum digunakan yaitu ada
teknik kromatografi lkertas, kromatografi lapis tipis (KLT/TLC), kromatografi
kolom dan kromatografi gas (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
Pada percobaan ini kami hanya melakukan dua dari
empat jenis teknik kromatografi yaitu teknik kromatografi lapis tipis dan
teknik kromatografi kolom dengan hasil sebagai berikut:
8.1 KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS
Pada percobaan ini kami memlakukan kromatografi
lapis tipis yang mana kromatografi lapis tipis merupakan suatu cara pemisahan
dari campuran senyawa menjadi senyawa murni dan untuk mengetahui
kuantitasnya berdasarkan kecepatan
distribusinya. Kromatografi lapis tipis ini juga memiliki keuungulan dalam
pemisahan yang mna dalam memisahkan dua campuran hanya memerlukan sedikit
sampel baik enyerapnya maupun cuplikannya. Kromatografi lapis tipis ini daa
digunakan untuk memisahka senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti
lipid yang sulit dikerjakan pada kromatografi kertas. Kromatografi lapis tipis
ini juga sebenarnya hampis sama seperti kromatografi kertas akan tetapi bedanya
kalau kromatografi lapis ini menggunakan plat tlc yang berfungsi sebagai tempat
sampel yang akan dignakan. Alat-alat yang digunaka dalam kromatografi lapis
tipis juga sederhana seperti plat tlc, chumber dan sinar uv yang digunakan
untuk memperjelas noda yang dihasilkan seelah dimasukkan kedalam chumber yang
berisi eluen. Kromatografi lapis tipis ini juga dilakukan untuk mengetahui
jenis pelarut yang sesai dengan sampel yang nantinya kesesuaian ini akan bisa
digunkan untuk mlanjutkanya kedalam kromatografi kolom.
Pada
percobaan ini kami akan melakukan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan sepuluh
sampel yang mana sampel yang digunkan ini yaitu sampel dari buah , sayur dan
bunga. Adapun sampelnya itu adalah buah naga, bayam, nanas, bunga kertas,
semangka, wortel, papaya, kentang, tomat dan bunga sepatu. Pembuatan sampel
yang akan dikromatografi ini yaitu hanya dengan cara mengambil sari dari buah
tersebut dan atau pun dengan cara menumbuk sampel tersebut hingga menghasilkan
sarinya, nah sarinya inilah yang nantinya akan diuji dalam kromatografi lapis
tipis. Dalam percobaan kromatografi lapis tipis ini juga digunakan chumber yang berfungsi sebagai wadah eluen dan juga
tempat dari plat tlc. Plat tlc disini juga memiliki fungsi sebagai tempat
sampel yang akan dikromatografi. Eluen yang digunakan pada percobaan ini yaitu
campuran n-heksana dengan eil asetat dengan perbandingan 2:1. Yang mana pelarut
n-heksan bersifat non polar sedangkan etil asetat bersifat semi polar. Eluen
yang digunakan pada kromatografi lapis tipis ini disebut sebagai fase gerak
sedangkan fasa diam nya adalah plat tlc
yang mana terbuat dari silica gel atau alumina.
Kromatografi
lapis tipis yang kami lakukan ini sebanyak 3 kali sehingga kami juga
menggunakanan 3 plat tlc yang masing-masingnya sebelum nya digaris dengan
ukuran 5x3 cm. Langkah yang kami lakukan awalnya yaitu pertama kami menotolkan
sampel yang akan dikromaografi pada plat tlc yag mana satu plat tlc kami
menggunakan 4 sampel. Penotolan sampel pada plat tlc kami menggunakan pipa
kapiler. Saat penotolan sampel pada plat tlc menggunakan pipa kapiler ini
setelah penotolan satu jenis sampel dan ketika ingin menotolkan jenis sampel
kedua maka pipa kapilernya terlebih dahulu dicuci dan dilap pakai tissue.
Tujuan dilap pakai tissue yaitu supaya sisa sampel pada pada pipa kapiler
keluar. Kemudian eluen yang kami gunakan dimasukkan kedalam chumber. Empat
sampel pertama yang kami kromatografi yaitu buah naga, bayam, nanas dan bunga
kertas. Setelah empat sampel pertama ini ditotolkan pada plat tlc maka plat tlc
nya ini kami masukkan kedalam chumber yang berisi eluen berupa campuran
n-heksan dan etil asetat dan ditunggu beberapa saat hingga terlihat pergerakan
sampel. Tujuan dimasukkan kedalam chamber yang berisi eluen yaitu untuk melihat
pergerakan 4 sampel dan juga melihat kesesuaian antara sampel dan eluen yang
digunakan yang nantinya ditandai dengan pergerakan sampel pada plat tlc.
Setelah terlihat pergerakan sampel maka untuk memperjelas noda tersebut maka
plat tlc itu di senterin dengan sinar uv, yang mana sinar uv nya ini kami
menggunakan aplikasi di handphone. Tujuan dari sinar uv ini untuk memperjelas
warna noda dan memudahkan kami untuk mengukur jarak yang ditempuh noda maupun
jarak yang ditempuh pelarut yang mana setelah disenterin dengan sinar uv tadi
noda yang tampak ditandai dengan pensil agar mudah untuk mengukurnya. Pada
empat sampel pertama ini hasilnya yaitu jarak yang ditempuh pelarutnya yaitu
4,8 cm sedangkan jarak yang ditempuh sampel yaitu buah naga 3,9 cm, bayam
0,3cm, nanas 3,8cm dan bunga kertas 2,5 cm. Sehingga dengan diketahui nya jarak
yang ditempuh pelarut dan jarak yang ditempuh noda maka dapat dihitung harga rf
dari masing masing sampel dengan cara membagi jarak yang ditempuh noda dengan
jarak yang ditempuh pelarut. Hasilnya yaitu harga rf masing-masing sampel
adalah untuk buah naga harga rf nya yaitu 0,8125cm, untuk harga rf sampel bayam
yaitu 0,0625cm, kemudian harga rf untuk sampel nanas yaitu 0,79167cm dan harga
rf pada sampel bunga kertas yaitu 0,52083cm. Jadi dari kromarografi dengan 4
sampe pertama ini bahwa semua sampel sesuai dengan eluen yang digunakan yaitu
n-heksan dan etil asetat karena semua sampel mengalami pergerakan akan tetapi
ada yang jarak nya jauh dan ada juga yang lebih cepat mengalami pergerakan.
Yang dimana pergerakan atau jarak yang ditempuh sampel yang paling jauh yaitu
pada sampel buah naga dan jarak yang ditempuh sampel paling kecil yaitu pada
sampel bayam sehingga bisa dikatakakan keseuain eluen yang paling cocok yaitu
pada sampel buah naga dan juga buah nanas.
Kemudian percobaan kromatografi lapis
tipis yang kami lakukan yang kedua ini kami juga menggunakan 4 sampel yang akan
ditotolkan kedalam plat tlc yang telah digarisin dengan ukuran 3X5 cm yang mana
berfungsi untuk mebatasin atau menandakan batas penotolan sampel. Langkah yang
kami lakukan pada kromatografi lapis tipis yang kedua ini pada dasarnya sama
seperti yang tadi hanya saja bedanya yaitu sampel yang digunakan. Sampel yang
digunakan pada kromatografi lapis tipis yang kedua ini yaitu semangka, wortel,
pepaya dan kentang. Pelarut atau eluen yang digunakan juga sama seperti
kromatografi lapis tipis yang pertama yaitu berupa campuran n-heksan dan etil
asetat. Kemudian pelarut ini dimasukkan kedalam chumber dan juga sampel yang
akan dikromatografi ini ditotolkan pada plat tlc dengan menggunakan pipa
kapiler yang mana pada saat penotolan sampel tidak boleh lewat dari garis yang
telah dibuat dan juga setelah penotolan satu sampel ,pipa kapiler yang
digunakan itu harus dicuci dulu dan dikeringkan dengan tisu agar ketika
menotolkan jenis sampel yang kedua tidak bercampus dengan sisa sampel yang
pertama tadi. Sehingga setelah ke empat sampel yang berupa semangka, wortel,
pepaya dan kentang ini siap ditotolkan pada plat tlc. Selanjutnya plat tlc yang
telah ditotolkan sampel tersebut dimasukkan kedalam chumber yang berisi eluen dan
ditutup serta ditunggu beberapa sat hingga terlihat pergerakkan sampel maupun
pelarut pada plat tlc. Sehingga setelah terlihat pergerakan nya maka plat tlc
dikeluarkan dari dalam chumber dan disinarin dengan sinar uv untuk memperjelas
jarak yang ditempuh pelarut maupun sampel. Yang mana saat di sinarin pakai
sinar uv ini noda-noda ini ditandai dengan pensil dan dihitung jaraknya yang
nantinya akan digunakan untuk menentukan harga rf nya. Hasil yang didapat dari
masing-masing sampel yaitu jarak yang ditempuh semangkan 3,7cm, jarak yang
ditempuh wortel 3,9cm, jarang yang ditempuh pepaya yaitu 3,8 cm dan untuk
kentang hasilnya itu tidak ada pergerakan pada plat tlc sedangkan jarak yang
ditempuh pelarutnya yaitu 4,5 cm. Dengan demikian dari hasil jarak yang diukur
pada masing- masing sampel maupun pelarut pada plat tlc sehingga didapat hasil
harga rf nya yaitu pertama untuk semangka harga rf nya 0,822cm, kedua harga rf
dari wortel yaitu 0,867cm, ketiga harga rf pada pepaya yaitu 0,844cm dan
terakhir harga rf pada kentang yaitu 0cm hal ini dikarenakan kentang tidak
mengalami pergerakan pada plat tlc. Sehingga dari percobaat kromatografi lapis
tipis yang kedua ini bisa dilahat bahwa ada sampel yang tidak sesuai dengan
eluen yang diguankan sehingga tidak mengalami pergerakan sedangkan pada ketiga
sampel lainnya nya itu mengalami pergerakan atau bisa dikatan sesuai dengan
eluen yang mana ditandai dengan pergerakan sampel itu pada plat tlc.
Selanjutnya kromatografi lapis tipis yang
kami lakukan ketiga ini, kami hanya menggunakan 2 sampel yaitu tomat dan bunga
sepatu. Pelarut yang kami gunakan juga sama yaitu n-heksan dan etil asetat
dengan perbandingan 2:1. Langkah yang kami lakukan juga sama seperti yang tadi
yaitu menotolkan sampel pada plat tlc dengan menggunakan pipa kapiler dan
kemudian dimasukkab kedalam chumber yang berisi eluen dan ditunggu beberapa
saat hingga terlihat pergerakan dan setelah itu dikeluarkan dan sinarin dengan
sinar uv untuk menandai atau meperjelas noda sehingga bisa di ukur jaraknya.
Hasil jarak yang ditempuh masing-masing sampel yaitu untuk tomat jarak yang
ditempuh 4,1cm dan bunga sepatu 4cm sedangkan jarak yang ditempuh pelarutnya
yaitu 4,7 cm. Sehingga harga rf masing-masing sampel yaitu tomat 0,8723cm dan
bunga sepatu 0,8510 cm. Jadi bisa dilihat bahwa kedua sampel ini bisa dikatakan
bahwa sesuai dengan eluen yang digunakan karena kedua sampel ini sama-sama
mengalami pergerakan.
Jadi berdasarkan percobaan ini bisa
dilihat bahwa dari sepuluh sampel yang dikromatografi ini hanya satu sampel
yang tidak sesuai dengan eluen yang digunakan yaitu sampel kentang. Hal ini
dikarenakan semakin bersifat polar suatu sampel maka semakin sulit suatu sampel
tersebut mengalami pergerakan karena silika gel ini memiliki sifat yang polar
juga sehingga semakin kuat fasa diam atau silica gel ini mengikat suatu sampel
yang memiliki sifat yang sama. Akan tetapi untuk sampel yang mengami pergerakan
yang jauh atau jarak yang ditempuh nya jauh hal ini berarti sampel tersebut
bersifat non polar sehingga silica gel atau fasa diam tidak terlalu kuat
mengikat sampel tersebut karena memiliki sifat yang tak sama. Atau bisa
dikatakan bahwa jika fasa diam bersifat polar maka untuk sampel yang bersifat
non polar semakin jauh pergerakan nya atau semakin besar jarak yang ditempuh
nya serta semakin besar pula harga rf sedangkan sampel yang bersifat non polar
semakin kecil jarak yang ditempuh dan semakin kecil pula harga rf nya.
8.2 KROMATOGRAFI KOLOM
Kromatografi kolom merupaka pemusahan yang
dilakukan dengan menggunakan alat berupa kolom kromatografi seperti pipa kaca
yang mana prinsipnya berdasarkan kecepatan distribusi dalam suatu adsorben.
Tujuan kromatografi kolom ini yaitu untuk memisahkan pigmen yang terdapat dalam
daun maupun buah. Pada kromatografi kolom ini fasa diam yang digunakan yaitu
berupa silica gel dan fasa geraknya yaitu eluen. Yang mana pada percobaan ini
fase gerak yang kami gunakan yaitu ada beberpa macam yaitu n-heksan, etil
asetat, metano dan kloroform. Yang mana fungsi fasa gerak atau eluen ini untuk
menurunkan atau melarutkan sampel yang berada dalam kolom kromatografi sehingga
nantinya eluen beserta sampel yang turun itu diuapkan dan dilakukan lagi
kromatografi lapis tipis untuk menghitung harga rf nya.
Pada percobaan kromatografi kolom ini
langkah awal yang kami lakukan yaitu penyiapan kolom. Dalam penyiapan kolom
pertama kolom kromatografi ini disumbat bagian ujung bawah nya dengan
menggunakan kapas yang mana tujuan disumbat pakai kapas yaitu untuk menahan
silica gel agar tidak turun kebawah. Selanjutnya kedalam dinding kolom kromatografi diteteskan dengan n-heksan
yang mana tujuan nya untuk membersihkan dinding kolom dari kapas-kapas yang
tadinya menempel. Selanjutnya akan dimasukkan silica gel kedalam kolom kromatigrafi,
namun sebelumnya silica gek ini terlebih dahulu harus dikarutkan dengan pelarut
n-heksan baru setelah silica gel seperti bubur, maka dimasukkan silica gel ini
dimasukkan kedalam kolom sampai setengah kolom. Kemudian silica gel ini harus
memadat dalam kolom agar tidak pecah ketika nantinya dimasukkan pelarut
sehingga agar silica gel ini padat maka kolom diketuk-ketuk dengan menggunakan
tangan atau bisa juga dengan pensil yang menandakan silica gel telah memadat
yaitu apabila pelarut tidak menetes. Selanjutnya setelah silica gel telah padat
selanjutnya akan dimasukkan sampel kedalam kolom atau dikenal dengan istilah
impreknasi yaitu menjeratkan sampel ke pori-pori silica gel dengan cara
mencampurkan sampel dan silica gel dicawan petri sampai seperti butir-butir
padat seperti kristal setelah itu barulah dimasukkan kedalam kolom kromatografi
. Sampel yang digunakan pada kromatografi kolom ini sama seperti sampel pada
kromatografi kolom yaitu ada sepuluh sampel yang berupa buah naga, bayam,
nanas, bunga kertas, semangka, wortel, pepaya, kentang, tomat dan bunga sepatu.
Setelah sampel dimasukkan kedalam kolom maka selanjutnya akan dimasukkan
pelarut yang sesuai dengan perbandingan yang telah ditentukan.
Kemudian setelah dimasukkan pelarut
tersebut maka dibawah kolom tersebut diletakkan lagi botol kecil untuk tempat
pelarut dan sampel yang turun dari kolom. Sehingga dari sepuluh sampel ini
hasil yang didapat kan yaitu pertama sampel buah naga pelarut atau eluen yang
digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat. Yang mana perbandingan pelarut pertama
yaitu 8:1 dan hasilnya itu sampel tidak turun selanjutnya duamsukkan lagi
pelarut dengan perbandingan 16:2 sebanyak 2 kali dan hasilnya itu sampel turub
sedikit dan terakhir ditambahkan lagi pelarut dengan perbandingan 15:2 dan
hasilnya itu sampel nya tidak turun semua juga. Hasil pelarut yang ditampung
didalam botol yaitu sebanyak 5 botol dengan warna bening selanjutnya pelarut
dalam botol ini ditutup dengan alumunium dan dibolongin serta dibiarkan menguap
beberapa hari. Kemudian setelah beberapa hari pelarut yang dalam botol tadi
kering dan pada masing-masing botol diteteskan dengan metanol serta dilakukan
kembali kromatografi lapis tipis. Sehingga metanol yang telah diteteskan dalam
botol yang berisi pelarut pada kelima botol itu ditotolkan dengab pipa kapiler
pada plat tlc namun sebelumnya ditotolkan juga pertama kali crude atau sampel
murni buah. Selanjutnya setelah ditotolkan dimasukkan kedalam chumber yang
berisi eluen berupa n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Setelah
terlihat pergerakan krut dan metanol dalam 5 botol tadi maka dikeluarkan plat
tlc dan disinarin dengan sinar uv untuk melihat pergerakan dan warna noda yang
dihasilakan sehingga hasilnya itu adalah hasil totolan dari 5 botol yang berisi
pelarut yang telah kering dan diberi metanol yaitu tidak ada pergerakan dan
warna yang dihasilkan sedangkan crude nya mengalami pergerakan.
Hasil yang didapat pada sampel bayam dalam
kromatografi kolom dengan menggunakan prosedur yang sama seperti diatas dan
dengan menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 5:10
yaitu ketika kolom yang berisi sampel bayam ketika dimasukkan pelarut maka
hasilnya itu bayam turun dan menghasilkan 5 botol pelarut. Yang mana sampel
bayam itu turun pada botol ke 2 dam botol yang ketiga yang mana ditandai dengan
berwarna hijau pudar pada botol tersebut. Kemudian kelima botol ini diuapkan
sampai kering dan diteteskan dengan metanol. Setelah itu dilakukan tlc dari 5
botol dan crude nya dengan menggunakan pelarut n-heksan 3:2. Sehingga hasilnya
yaitu tidak ada noda yang bergerak akan tetapi ketika disinarin dengan sinar uv
pada totolan botol 1,2,3 terlihat warna cream.
Hasil yang didapat pada sampel buah nanas
dalam kromatografi kolom dengan menggunakan prosedur yang sama seperti diatas
dan dengan menggunakan pelarut kloroform dan metanol dengan perbandingan
3:1 yaitu ketika kolom yang berisi
sampel nanas ketika dimasukkan pelarut maka hasilnya itu nanas turun hal ini
dikarenakan silica nya pecah dan menghasilkan 3 botol pelarut. Yang mana sampel
nanas itu turun pada botol ke 2 yang mana ditandai dengan berwarna kuning atau
keruh pada botol tersebut. Kemudian ketiga botol ini diuapkan sampai kering dan
diteteskan dengan metanol. Setelah itu dilakukan tlc dari 3 botol dan crude nya
dengan menggunakan pelarut kloroform dan metanol 2:1. Sehingga hasilnya yaitu
tidak ada noda yang bergerak dan ketika disinarin dengan sinar uv juga tidak
tampak warna noda yang dihasilakan.
Hasil yang didapat pada sampel bunga
kertas dalam kromatografi kolom dengan menggunakan prosedur yang sama seperti
diatas dan dengan menggunakan pelarut kloroform murni yaitu ketika kolom yang
berisi sampel bunga kertas ketika dimasukkan pelarut maka hasilnya itu bunga
sepatu turun dan menghasilkan 5 botol pelarut. Yang mana sampel bunga sepatu
itu turun pada botol ke 2 dan botol yang ketiga yang mana ditandai dengan
berwarna keruh seperti berminyak pada botol tersebut. Kemudian kelima botol ini
diuapkan sampai kering dan diteteskan dengan metanol. Setelah itu dilakukan tlc
dari 5 botol dan crude nya dengan menggunakan pelarut metanol 100%. Sehingga
hasilnya yaitu semua noda yang ditotolkan dari botol dan crude bergerak yang
mana crude berwarna ungu dan yang lain berwarna cream.
Hasil yang didapat pada sampel buah
semangka dalam kromatografi kolom dengan menggunakan prosedur yang sama seperti
diatas dan dengan menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat dengan
perbandingan 3:2 yaitu ketika kolom yang berisi sampel semangka ketika
dimasukkan pelarut maka hasilnya itu semangka turun dan menghasilkan 3 botol
pelarut. Yang mana sampel semangka itu mulai turun pada botol pertama dan pada
botol kedua telah turun semua yang mana
ditandai dengan berwarna kuning pudar pada botol tersebut. Kemudian ketiga
botol ini diuapkan sampai kering dan diteteskan dengan metanol. Setelah itu
dilakukan tlc dari 3 botol dan crude nya dengan menggunakan pelarut n-heksana
dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Sehingga hasilnya yaitu tidak ada noda
dari botol yang bergerak akan tetapi crude nya bergerak sampai ujung atas dan
ketika disinarin dengan sinar uv terlihat berwarna kuning.
Hasil yang didapat pada sampel wortel
dalam kromatografi kolom dengan menggunakan prosedur yang sama seperti diatas
dan dengan menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan
3:2 yaitu ketika kolom yang berisi sampel wortel ketika dimasukkan pelarut maka
hasilnya itu wortel turun dan menghasilkan 3 botol pelarut. Yang mana sampel
wortel itu mulai turun pada botol pertama dan pada botol kedua telah turun semua yang mana ditandai dengan berwarna kuning
cerah pada botol tersebut. Kemudian ketiga botol ini diuapkan sampai kering dan
diteteskan dengan metanol. Setelah itu dilakukan tlc dari 3 botol dan crude nya
dengan menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 3:2.
Sehingga hasilnya yaitu hanya crude yang bergerak dan ketika di sinari pakai
sinar uv terlihat noda pada crude berwarna kuning dan pada totolan botol 1 dan
3 berwarna cream.
Hasil yang didapat pada sampel buah pepaya
dalam kromatografi kolom dengan menggunakan prosedur yang sama seperti diatas
dan dengan menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan
3:2 yaitu ketika kolom yang berisi sampel pepaya ketika dimasukkan pelarut maka
hasilnya itu pepaya turun dan menghasilkan 4 botol pelarut. Yang mana sampel
pepaya itu mulai turun pada botol pertama dan pada botol kedua telah turun
semua yang mana ditandai dengan berwarna
kekuningan pada botol tersebut. Kemudian keempat botol ini diuapkan sampai
kering dan diteteskan dengan metanol. Setelah itu dilakukan tlc dari 4 botol
dan crude nya dengan menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat dengan
perbandingan 3:2. Sehingga hasilnya yaitu hanya crude yang bergerak dan ketika
di sinari pakai sinar uv terlihat noda pada crude berwarna oren pudar dan pada
totolan botol 2, 3 dan 4 berwarna cream pudar.
Hasil yang didapat pada sampel kentang
dalam kromatografi kolom dengan menggunakan prosedur yang sama seperti diatas
dan dengan menggunakan pelarut kloroform dan metanol dengan perbandingan
3:1 yaitu ketika kolom yang berisi
sampel kentang ketika dimasukkan pelarut
maka hasilnya itu kentang turun dan menghasilkan 4 botol pelarut. Yang mana
sampel kentang itu turun pada botol ke 2 yang mana ditandai dengan berwarna
kuning atau keruh pada botol tersebut. Kemudian keempat botol ini diuapkan
sampai kering dan diteteskan dengan metanol. Setelah itu dilakukan tlc dari 4
botol dan crude nya dengan menggunakan pelarut kloroform dan metanol 2:1.
Sehingga hasilnya yaitu tidak ada noda yang bergerak dan ketika disinarin
dengan sinar uv terlihat pada crude berwarna abu-abu.
Hasil yang didapat pada sampel tomat dalam
kromatografi kolom dengan menggunakan prosedur yang sama seperti diatas dan
dengan menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 3:1
yaitu ketika kolom yang berisi sampel tomat ketika dimasukkan pelarut maka
hasilnya itu tomat turun dan menghasilkan 3 botol pelarut. Yang mana sampel
tomat itu mulai turun pada botol pertama dan pada botol kedua telah turun
semua yang mana ditandai dengan berwarna
kemerahan pada botol tersebut. Kemudian ketiga botol ini diuapkan sampai kering
dan diteteskan dengan metanol. Setelah itu dilakukan tlc dari 3 botol dan crude
nya dengan menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan
3:2. Sehingga hasilnya yaitu hanya totolan botol ketiga yang bergerak dan
ketika di sinari pakai sinar uv terlihat noda pada totolan botolan ketiga
berwarna abu-abu.
Hasil yang didapat pada sampel bunga
sepatu dalam kromatografi kolom dengan menggunakan prosedur yang sama seperti
diatas dan dengan menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat dengan
perbandingan 3:1 yaitu ketika kolom yang berisi sampel bunga sepatu ketika
dimasukkan pelarut maka hasilnya itu bunga sepatu turun dan menghasilkan 3
botol pelarut. Yang mana sampel bunga sepatu itu mulai turun pada botol kedua
dan pada botol ketiga telah turun semua
yang mana ditandai dengan berwarna kuning pudar pada botol tersebut.
Kemudian ketiga botol ini diuapkan sampai kering dan diteteskan dengan metanol.
Setelah itu dilakukan tlc dari 3 botol dan crude nya dengan menggunakan pelarut
n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Sehingga hasilnya yaitu
tidak ada yang bergerak dan ketika di sinari pakai sinar uv terlihat noda pada
crude berwarna cream pudar.
Jadi berdasarkan percobaan ini bisa
dikatakan bahwa kesesuai eluen yang digunakan terhadap sampel yang
dikromatografi dalam kromatografi kolom sangat mempengaruhi yang mana jika
pelarut yang digunakan sesuai maka sampel dalam kolom akan cepat turun kebawah
melewati silica gel ketika dimasukkan pelarut dan sebaliknya jika eluen yang
digunakan kurang sesuau dengan sampel maka sampel akan lama turun melewati
silica gel dan juga membutuhkan eluen dengan jumlah banyak dan juga membutuhkan
waktu yang lama sampai sampel turun melewati silica gel. Kemudian kesesuaian
sampel dengan eluen yang digunakan untuk kromatografi dapat kita ketahui dengan
cara kromatografi lapis tipis.
IX. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
- Teknik dasar kromatografi lapis tipis yaitu dengan menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumunium yang seragam pada lempeng gelas, logam atau plastik yang keras sebagai fase diamnya dan fase geraknya berupa pelarut atau eluen seperti etil asetat dan heksana yag disesuaikan dengan sifat kelarutan dari senyawa yag diperoleh atau bisa juga teknik dasar dari kromatografi lapis tipis yaitu berdasarkan cepat rambatnya suatu noda pada lempeng lapis tipis. Sedangkan teknik dasar kromatografi kolom yaitu berdasarkan proses adsorpsi dari jenis fasa yang digunakan dimana fasa diamnya adalah za adsorben yang tidak boleh larut pada fasa gerak dengan menggunakan suatu kolom kromatografi dan setelah itu dilakukan penambahan fasa gerak baru kemudian ditampung, dipisahkan serta diidentifikasi
- Pelat kromatografi lapis tipis dapat dibuat dengan cara menyiapkan pelat kaca kecil yang telah dibersihkan dengan air dan metanol kemudian di lap dengan kertas atau kain kering setelah itu
baru dikeringkan didalam oven. Kolom kromatografi dapat dibuat dengan sebuah pipet tetes yag dimana bagian bawah pipet tetes disumbat dengan glass woll dan setelah itu varu digunakan dan dimasukkan suspensi selulosa. - Pemisahan suatu senyawa dengan kromatografi lapis tipis dapat dilakukan dengan cara yaitu yang pertama menggariskan plat tlc pada bagian atas dan bagian bawah nya sebagai batas atas dan batas bawahnya. kemudian setelah itu dimasukkan eluennya kedalam chamber dan plat tlc nya tadi ditotolkan dengan samppel yang akan dianalisis. selanjutnya setelah ditotolkan dimasukkan plat tlc kedalam chumber. setelah dilihat terjadi pergeraakan pada noda maka dikeluarkan dari plat tlc dan dilihat noda dengan sinar uv. apabila telah dikeahui noda mana saja yang teradi pergerakan atau noda mana yang sesuai dengan eluen yang digunakan barulah sampel tersebut diidenifikasi dengan kromatografi kolom. Cara mengidentifikasi sampel dikromatografi kolom yaitu dengan memasukkan fasa diam kedalam kolom yang telah disumbat dengan glass wol dan setelah itu baru dimasukkan sampel dan pelarut yang sesuai dan ditunggu hingga sampel dan pelarut turun kebawah melewati fasa diam yang berupa silica gel.
- Pemisahan pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom yaitu dilakukan dengan cara membuat eksrak tumbuhan yang akan dipisahkan kemudian ditentukan pelarut yang sesuai dengan menggunakan kromatografi lapis tipis setelah didapat kan pelarut yang sesuai barulah dilakukan kromatografi kolom dengan cara memasukkan fasa diam kedalam kolom yang telah disumbat dengan glass woll setelah itu baru dimasukkan fasa diam hingga padat. selanjutnya baru dimasukkan sampel dan dengan penambahan pelarut hingga samel turun ke botol penampung.
X. DAFTAR PUSTAKA
- Dani. 2014. Isolasi, Identifikasi dan Elusidasi Struktur Senyawa Alkaloid Dalam Ekstrak Metanol-Asam Nitrat Dari Mahoni. Vol 2. No :68 [diakses: 16 April 2019]
- Ismiarni. 2010. Kromatografi (dasar). Bandung:ITB
- Krisna. 2014. Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis Sodamala. Vol 1. No 2:42 [diakses:6 April 2019]
- http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
- Tim Kimia Organik I. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi:UNJA
Permasalahan yang timbul dari praktikum yang telah dilakukan yaitu:
- Dari percobaan yang dilakukan bagaimana cara praktikan mentotolkan sampel pada plat tlc dan apa kegunaan chamber dalam percobaan tersebut?
- Apa fungsi dari diketuk-ketuknya tabung reaksi setelah dimasukkan silica gel dan apa yang terjadi ketika silica gel pecah didalam kolom?
- Mengapa pada percobaan kromatografi kolom praktikan pada salah satu sampel sampai menambahkan beberapa kali eluen dengan perbandingan yang berbeda kedalam kolom?
LAMPIRAN FOTO PRAKTIKUM
1. Proses impreknasi
2.Proses TLC
3. Proses kromatografi kolom sampel semangka
4. Macam-macam ekstrak sampel yang digunakan yaitu 10 ekstrak sampel
6. Proses kromatografi kolom pada sampel buah naga
Saya Agnes Monika Situmorang (A1C117059), akan menjawab pertanyaan nomor 2. Fungsi diketuk-ketuknya tabung reaksi setelah dimasukkan silica gel yaitu untuk memadatkan silica gel atau agar silica gel yang berada dalam kolom menjadi padat. Jika silica gel yang terdapat dalam kolom pecah maka akan menyebabkan tidak adanya penahan atau penyerap dari sampel sehingga sampel dan eluen sangat cepat atau mudah turun.
ReplyDeleteSaya Ditya Fajar Nursahfitri (A1C117061) menjawab pertanyaan nomer 3, yaitu Pada percobaan kromatografi kolom praktikan menambahkan beberapa kali Eluen pada sampel buah naga hal ini dikarenakan sampel buah naga ketika dimasukkan eluen yang pertama dengan perbandingan yang telah ditentukan tidak bergerak turun kebawah maka dari itu dilakukan penambahan eluen terus hingga sampel dapat bergerak kebawah yang mana penyebab penambahan eluen sampai beberapa kali ini bisa saja karena sifat eluen yang digunakan ini tidak sesuai dengan sifat sampel yang akan dikromatografi
ReplyDeletesaya brezza fitri noventi (055) akan menjawab no 1 Cara menotolkan sampel pada plat tlc yaitu dengan menggunakan pipa kapiler yang mana pipa kapiler dimasukkan kedalam sampel kemudian ditekankan keatas plat tlc dan tidak boleh melewati garis batas yang telah dibuat dan juga setiap setelah penotolan satu jenis sampel dan ketika akan menotolkan jenis sampel yang lain maka pipa kapiler dicuci dan dilap dengan tisu agar sisa sampel yang berada dalam kolom hilang atau kolom menjadi bersih. Fungsi chamber pada percobaan tersebut yaitu tempat eluen dan juga tempat plat tlc yang telah ditotolkan yang akan dilihat pergerakannya
ReplyDelete