DISUSUN OLEH:
SILVY WAHYU FRADINI
(A1C117023)
(A1C117023)
DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
PERCOBAAN 3
Judul :Pemurnian Zat Padat
Hari, Tanggal : Kamis
Tujuan :Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
- Dapat melakukan kristalisasi dengan baik
- Dapat memilih pelarut sesuai untuk rekristalisasi
- Dapat menjernihkan dan menghilangkan warna larutan
- Dapat memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi
Banyak
cara yang dapat kita lakukan untuk mengetahui kadar murni suatu zat baik itu
padat maupun cair. Salah satunya yaitu ketika ingin melakukan pemurnian pada
zat padat ada cara yang dapat dilakukan yaitu rekristalisasi pemurnian zat
padat. Cara rekristalisasi ini memang sering digunakan dalam praktikum karena
cara rekristalisasi merupakan cara yang paling efektif dalam menentukan zat
padat organik dan secara selektif suatu senyawa dari campuran zat padat. Dalam
menentukan pemurnian zat padat dengan cara rekristalisasi harus diperlukan
suatu pelarut akan tetapi pemggunaan pelarut nya harus di minimalisirkan agar
jumlah zat paling banyak yang bisa di peroleh kembali pada saat proses
pendinginan pada larutan panas. Adapun sebelum melakukan pemurnian zat dengan cara rekristalisasi harus dipahami
dahulu bagaimana prinsip dan prosedur cara rekristalisasi. Dimana prinsip dari rekristalisasi yaitu
bahwa setiap zat dalam suatu senyawa atau campuran mempunyai sifat yang berbeda-beda
satu sama lain baik dalam segi kelarutan sehingga untuk melarutkan nya jumlah
pelarut yang digunakan tergantung kepada senyawa apa yang dilarutkan dan tata
cara kristalisasi itu sendiri yaitu awalnya dilarutkan terlebih dahulu zat yang
akan dicari kemurnian nya dengan jumlah dan jenis pelarut tertentu yang sesuai
dengan titik didihnya selanjutnya disaring menggunakan kertas saring woltzman
untuk memisahkan endapan atau solut yang tidak terlarut. Tujuan dari penggunaan
jumlah pelarut yang tidak berlebihan saat rekristalisasi yaitu agar larutan
tidak terlalu pekat, sehingga sebelum menggunakan pelarut harus dicari terlebih
dahulu berapa jumlah pelarut yang sesusai untuk digunakan setelah itu baru
ditambahkan (20-100%) sedikit demi sedikit kelebihannya.
Pada
dasar nya dalam pemurnian zat dengan cara rekristalisasi banyak hal yang harus
diperhatikan seperti kecepatan penurunan suhu nya harus diatur agar stabil dan
tidak terlalu signifikan penurunun suhu nya. Dengan demikian, cara
rekristalisasi mempunyai cara atau prinsip tersendiri untuk mengatur penurunan
suhu agar tidak terlalu cepat yaitu:
- Menggunakan jumlah pelarut yang sesuai untuk melarutkan zat padat seperti dalam menentukan titik didih.
- Menggunakan jenis pelarut tertentu dan mengatur penurunan suhu agar tidak terjadi penurunan yang signifikan dalam melakukan rekristalisasi.
- Menggunakan kertas saring untuk menyaring atau memisahkan antara solute dan solvent.
- Pelarut yang digunakan harus tidak bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan
- Pelarut yang digunakan dengan zat yang dimurnikan harus memiliki kelarutan terbatas
- Pada suhu pendidihan zat yang dimurnikan harus mempunyai kelarutan yang besar
- Pelarut harus memiliki titik didih yang sesuai atau tidak terlalu tinggi dari zat yang akan dimurnikan.
Dalam
memurnikan zat banyak hal-hal yang dapat mengganggu hasil kemurnian nya seperti
adanya pengotor. Pengotor tersebut disebabkan karena adanya zat-zat tertentu
yang ikut bereaksi dengan zat yang dimurnikan sehingga ketika terdapat pengotor
tersebut ketika ingin melakukan pemurnian nya dengan cara rekristalisasi
mempunyai perlakuan yang berbeda karena ada pelarut yang sedikit larut dan ada
yang mudah larut. Untuk pengotor yang
sedikit larut penyaringan dilakukan dua kali yaitu pertama penyaringan biasa
dan kedua penyaringan dengan suction sedangkan untuk pengotor yang mudah larut
penyaringan nya hanya di lakukan sekali yaitu dengan penyaringan suction saja
(Tim Kimia Organik, 2016:17-18).
Pada
dasarnya banyak hal yang harus diperhatikan ketika kita ingin melakukan
permunian terhadap suatu zat. Kita dapat melakukan pemurnian zat dengan
melarutkan zat tersebut dalam beberapa pelarut organik yang nantinya bisa
membandingkan pelarut mana yang sesuai atau mampu mengahasilkan kemurnian zat
yang baik. Adapun hal tersebut seperti sifat fisik dan sifat kimia dari zat
tersebut. Selain itu sifat pelarut juga menentukan dalam pemurnian zat
seperti apakah pelarut itu bersifat polar dan non polar. Banyak teknik
atau yang dapat dilakukan dalam permunian zat tersebut seperti kristalisasi,
sublimasi dan kromatografi. Hasil yang didapat ketika menggunakan teknik
tersebut juga tergantung kompleks atau tidak nya campuran tersebut. Dimana
semakin kompleks campuran tersebut makin baik hasil pemurniannya. Dalam hal itu
perlu juga di perhatikan waktu yang sesuai dalam melakukan pemurnian zat ini
dan setelah pemurnian zat dilakukan kita bisa menguji tingkat kemurnian nya
dengan melakukan suatu uji titik leleh dengan menggunakan satu atau lebih
pelarut organik atau dengan menggunakan teknik kromatografi lapis tipis yang
nanti akan diketakui tingkat kemurnian zat-zat organik tersebut (syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/07/pemurnian-zat-padat-organik93/).
Cara
kerja rekristalisasi umumnya sederhana, akan tetapi harus tetap sesuai dengan
prinsip dasar rekristalisasi itu sendiri yaitu perbedaan kelarutan zat yang
akan dimurnikan dengan kelarutan zat
yang akan dicampurkan. Setelah itu zat tersebut harus dimurnikan sampai jumlah
zat terlarut dengan pelarut yang digunkan sebanding atau sampai tepat jenuh dan
bisa saja lewat jenuh yaitu zat yang dimurnikan lebih banyak dari pada pelarut
yang digunakan. Untuk menghasilkan zat
tersebut jenuh atau lewat jenuh bisa dilakukan dengan cara mengubah suhu,
menguapkan solute dan solvent serta mengubah-ubah komposisinya. selanjutnya
setelah diketahui prinsip dasar nya, rekristalisasi atau cara memurnikan suatu
zat padat dari dalam campurannya dengan pelarut yang sesuai atau cocok dengan
cara mengkristalkan zat padat itu kembali setelah dilarutkan. Dalam
kristalisasi daya larut zat dengan pengotor harus berbeda sehingga pengotor
mudah dipisahkan(Rositawati, 2013:137).
Kristalisasi
umumnya banyak sekali digunakan dalam kehidupan. Contohnya saja kristal garam yang dihasilkan
dari air laut itu menggunakan prinsip dan cara kerja dari kristalisasi. Dimana
hasil awal kristal garam itu yaitu dengan cara menguapkan air laut. Garam yang
dihasilkan tersebut merupakan campuran senyawa kimia dengan rumus kimia garam
dapur NaCl. Akan tetapi untuk menghasilkan garam dapur biasanya dilakukan
kristalisasi bertingkat,rekrutalisasi dan pencucian yang baik untuk
menghasilkan garam yang baik pula sehingga pengotor pun tidak ada. Dengan
kondisi ini kristalisasi mudah dilakukan dan tidak memerlukan penyaringan
pengotor (Sulistyaningsih,2015. Vol 2. No 4:76).
Pada
dasar nya banyak hal yang penting dalam melakukan kristalisasi salah satu nya
yaitu jenis pelarut, dimana jika pelarut
yang digunakan sesuai maka kelarutan sampel yang didapat akan sesuai pula. Karena kelarutan juga memegang peranan
penting dalam kristalisasi. Selanjutnya
kelarutan juga sangat ditentukan oleh pelarut contoh nya saja ketika kita
menggunakan pelarut polar maka zat yang dilarutkan yaitu yang polar juga dan
sebalik nya jika yang dilarutkan senyawa non polar maka pelarut yang sesuai
yaitu pelarut non polar. Selain itu
pelarut pada proses kristalisasi juga banyak mempengaruhi banyak hal seperti
semakin baik jenis pelarut yang digunakan atau sesuai maka semakin cepat
pelarut itu melarutkan suatu zat atau senyawa dan semakin cepat proses
pemurnian yang dihasilkan (Ahmadi, 2014 Vol 1. No 3: 48).
Perbedaan
sifat pada suatu zat dapat menyebabkan suatu zat tersebut mampu dipisahkan dari
campuran nya. Adapun macam-macam cara yang dapat digunakan untuk memisahkan
suatu zat dari campurannya yaitu dengan cara absorpsi, filtrasi, sublimasi,
kromatografi, ektraksi, sokletasi dan rekristalisasi. Setiap cara pemisahan
tersebut memiliki prosedur yang berbeda-beda. Seperti rekristalisasi, ini
adalah cara pemisahan dengan teknik pemurnian suatu zat dari campuran maupun
pengotor nya dengan jalan melarutkan/melelehkan zat padat dengan pelarut yang
sesuai . Proses kristalisasi sangat baik atau cepat dilakukan jika pada pelarut
dan zat yang dimurnikan mempunyai daya larut yang berbeda satu sama lain serta
jika hasilnya tidak tidak zat pengotor yang menggangu hasil kemurnian zat
tersebut. Kemudian rekristralisasi ini merupakan metoda paling simpel karena
prosesnya sederhana seperti hanya melarutkan zat dengan pelarut kemudian
setelah zat padat dibiarkan mengendap setelah itu dibiarkan endapan dingin dan
disaring jika terdapat pengotor. Zat tersebut mengendap karena suhu nya mulai
turun (Johan, 2006:22-23).
V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
- Gelas Kimia
- Corong Bunchner
- Kaki Tiga
- Kasa
- Bunsen
- Cawan Penguap
- Kertas Saring
- Gelas Wool/kapas
- Air Suling
- Asam Benzoat
- Es Batu
- Naftalen
6.1 Prosedur Percobaan Rekristalisasi
- Dituangkan 50ml air suling kedalam gelas kimia 100ml dan dipanaskan hingga timbul gelembung-gelembung.
- Dimasukkan 0,5 gram asam benzoat tercemar kedalam gelas kimia 100ml yang lain dan ditambahkan air panas tersebut sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga larut semua.
- Disaring dengan menggunakan corong buchner campuran tersebut dalam keadaan panas dan tampung filtratnya dalam gelas kimia. Disiram endapan yang tertinggal dengan air panas. Dijenuhkan dan didinginkan hingga terbentuk kristal. Apabila pada pendinginan tidak terbentuk kristal, didinginkan dalam es.
- Disaring kristal yang terbentuk dengan corong buchner dan dikeringkan.
- Diuji titik leleh dan bentuk kristalnya, dibandingkan dengan data yang ada dalam hand book.
- Dimasukkan 1-2gram naftalen tercemari kedalam cawan penguap
- Ditutup permukaan cawan penguap dengan kertas saring yang telah dibuat lobang-lobang kecil.
- Disumbat corong dengan gelas wool atau kapas seperti pada gambar
- Diletakkan cawan tersebut diatas kasa dari pembakar, dinyalakan api dan dipanaskan dengan nyala api kecil
- Dihentikan pembakaran setelah semua zat yang akan disublimasikan habis (lebih kurang 5 menit?)
- Dikumpulkan zat yang ada pada kertas saring dan corong bila ada, diuji titik leleh dan bentuk kristalnya, dicocokan dengan data hand book
Dari vidio tersebut terdapat permasalahan yaitu:
- Mengapa tanah yang digunakan sebagai bahan untuk dicampurkan dalam sublimasi kapur barus pada vidio diatas dan adakah zat atau yang lain yang dapat menggantikan tanah tesebut, jika ada sebutkan?
- Apa hasil yang diperoleh ketika campuran tanah dan kapur barus itu dipanaskan dan ditutup dengan kaca arloji yang berisi es batu selama 15 menit?
- apakah ada perbedaan yang dihasilkan untuk ketiga macam kapur barus dengan warna orange,hijau dan pink itu setelah disublimasi, jika ada jelaskan apa perbedaan hasil yang diperoleh serta kapur barus yang berwarna apa yag mengalami sublimasi yang sempurna?
Nama saya Niken ayu hestiantari (033) saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 1. Menurut saya Karena tanah/pasir mempunyai sifat yang tidak mudah meleleh jika dipanaskan dan juga ketika dicampurkan dengan kapur barus pemisahan nya tidak terlalu sulit. Selain pasir ada juga yang bisa digunakan sebagai bahan untuk dicampurkan pada kapur barus yaitu garam.
ReplyDeleteSaya Ratna Kaetika Sari (011) jawaban dari soal nomor 2, Hasil nya yaitu didalam gelas kimia itu kapur barus nya abis dan yang tersisa hanya tanah dan air dimana air ini merupakan zat-zat aditif atau zat tambahan yang ditambahkan dalam kapur barus itu sementara kapus barus nya tadi menjadi Kristal-kristal halus berwarna putih seperti jarum-jarum atau jika dilihat lebih dekat seperti daun.
ReplyDeleteSaya Erwin Pasaribu NIM 003, ingin menjawab soal no 3.Dari video diatas hasil sublimasi yang diperoleh mengalami perbedaan dimana pada kapur barus pink dan hijau itu hasil yang diperolehnya keseluruhan kapur barusnya masih ada yang belum menguap pada bagian bawah gelas kimia dalam artian penguapan nya belum sempurna akibat panas yang tidak merata sedangkan pada kapur barus yang berwarna orange penguapan yang terjadi itu sangat sempurna karena kapur barus nya menguap semua dan saat pemanasan nya pun merata. Jadi dari ketiga kapur barus itu bisa kita ketahui yang mengalami sublimasi sempurna yaitu pada kapur barus orange karena saat setelah pemanasan kapus barus nya menguap semua dan tidak ada yang tersisa.
ReplyDelete